Mohon tunggu...
Darius Tri Sutrisno
Darius Tri Sutrisno Mohon Tunggu... Pramusaji - Penjaga warung kopi samiroto

Sadar belum tentu obyektif ;)

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Pervert's Guide To Ideology", Sekardus Kacamata Hitam

20 Juni 2019   22:19 Diperbarui: 20 Juni 2019   22:21 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by realitysandwich.com  

Pernakah Anda bertemu dengan seseorang yang bebal terhadap keyakinanya (agama, iman, spritualitas) ilmunya, teorinya, metodenya? Ringkas kata, pada idealismenya? Sehingga apa yang diluar itu semua adalah tidak berhak ada.

Pada film dokumenter The Pervert's Guide To Ideology (2012), disajikan rupa-rupa bentuk ideologi manusia di masyarakat kontemporer seperti sekarang ini. Film yang disutradarai oleh Sophie Fiennes, sutradara yang setidaknya telah menggarap sembilan film dokumenter bergenre analitis-filosofis. 

Film berdurasi dua jam sepuluh menit ini dibintangi oleh seorang filsuf postmodern yakni, Slavoj Zizek. Dengan sudut pandang dari seorang psikoanalisis, Zizek menjadi narator sekaligus sumber utama yang mendiskusikan realitas kontemporer yang membentuk, menyerang, melanggengkan suatu ideologi manusia dalam pelbagai wujud: film, lagu, publisitas iklan, komoditas dan seterusnya.

Salah satu objek kritiknya ialah film The Live (1988). Sebuah film Hollywood bergenre fiksi-ilmiah yang menjadi introduksi. Dikisahkan John Nada, seorang lelaki yang berjalan-jalan tak tentu arahnya. Gelandangan ganteng ini masuk ke dalam gereja dan menemukan sebuah kotak yang berisi beberapa kacamata hitam a la rock and roll.

Setelah menggunakan kacamata tersebut, ada perbedaan ketika dia menyaksikan realitas di sekelilingnya. Sebagai contoh ketika dia melihat baliho besar bertuliskan "berliburlah seumur hidup" dengan wanita berbikini sebagai modelnya. 

Baliho itu menjadi berubah ketika dia memakai kacamata hasil nemu tersebut; menjadi kekosongan, hampa dan tak menarik lagi, hanya tulisan abu-abu dan banyak ruginya daripada maslahatnya. Baliho tersebut menjadi tulisan "Give Your Money".

Di lain momen ia berjalan-jalan di trotoar New York. Menyaksikan kepadatan kota. Salon yang penuh dengan wanita cantik seketika berubah disaat John Nada memakai kacamata hitam: menjadi sekumpulan tengkorak.

Secara implisit, seperti yang dinyatakan Sizek, kacamata tersebut ialah "kacamata kritik-ideologi". Kacamata yang dapat 'menelanjangi' penampakan "dibawah suatu publisitas, propaganda, keindahan dan sejenisnya".

Pada adegan lain John Nada bertemu dengan sahabatnya John Armitage. Di bagian itu disajikan pertengkaran fisik antara keduanya.  Penyebabnya adalah John Nada sebagai subjek-sadar memaksakan kepada subjek penyadaran yakni, John Armitage untuk menggunakan kacamata. Mengapa John Armitage menolak dengan keras menggunakan "kacamata"?

Adegan tersebut cukup menggambarkan situasi di abad pertengahan ketika hegemoni Gereja Katolik masih 'ganas-ganasnya'. Sebelum reformasi protestan Martin Luther dan petani menyebar ke seluruh Eropa, Gereja Katolik memiliki posisi begitu kuat di masyarakat di Prusia karena kontrolnya terhadap otoritas sosial yang berkaitan langsung dengan manusia, khususnya produksi ideologi. Tidak ada gagasan yang absah diluar gagasan Gereja. Kalaupun ada, gagasan dan penciptanya kelak akan terintimidasi atau "dimatikan" seperti nasib dari Giordano Bruno (1548-1600).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun