Mohon tunggu...
Satriya Nugraha S.P.
Satriya Nugraha S.P. Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Konsultan Desa Wisata

Saya umur 40 tahun 9 bulan, sering sosialisasi UU No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan dari organisasi ke organisasi pemuda,trainer kepemimpinan tingkat lanjut, berdagang beras merah organik, beras hitam organik, beras coklat organik, konsultan teknik menulis ilmiah populer, konsultan desa ekowisata, penulis kuliner kreatif sebagainya email : satriya1998@gmail.com ; satriya1998@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nyai Lisa Tunjungbiru Wisata Sejarah Pangeran Dipoyono Gedhog Wetan Turen

18 Oktober 2018   11:57 Diperbarui: 18 Oktober 2018   12:09 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 15 Oktober 2018, Dalang wanita zaman now, Lisa Tunjungbiru dalam rangka tujuan uri-uri melestarikan budaya leluhur, melakukan Napak Tilas Sejarah Makam Pangeran Dipoyono dan makam Pangeran Branjangan. Hal ini selaras dengan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Makam Mbah Pangeran Dipoyono (dok pribadi)

Menurut UU Pemajuan Kebudayaan menjelaskan bahwa Negara memajukan Kebudayaan Nasional di tengah peradaban dunia dan menjadikan Kebudayaan sebagai investasi untuk membangun masa depan dan peradaban bangsa demi terwujudnya tujuan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 Amandemen Ke-IV Tahun 2002.

Nyai Lisa Tunjungbiru bersama Satriya Nugraha,S.P ; Bapak Heri Wahono Sedayu Turen, dan Bapak Khoirudin melakukan napak tilas sejarah mbah Pangeran Dipoyono, mbah Pangeran Branjangan di Bukit Gunung Mulyo Jati, Desa Gedhog Wetan Kecamatan Turen, Kab. Malang. Nyai Lisa Tunjungbiru melakukan ritual doa yang ditujukan kepada Alloh supaya leluhur diampuni Tuhan selama masa hidupnya.

(dok. pribadi)Gapura Pintu Masuk Makam Mbah Pangeran Dipoyono dan Pangeran Branjangan (dok pribadi)
(dok. pribadi)Gapura Pintu Masuk Makam Mbah Pangeran Dipoyono dan Pangeran Branjangan (dok pribadi)
Perlu diketahui, menurut penjelasan tokoh RW sekaligus penggiat budaya Kecamatan Turen, Bapak Heri Wahono, nama mbah Pangeran Dipoyono merupakan nama sebutan lain dari Mbah Raden Wijaya yang menjadi pendiri Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menikahi 4 (empat) putri Raja Kertanegara, yaitu Tribhuwaneswari, Narendradhuhita, Prajnaparamitha dan Gayatri.

(dok. pribadi)dari kiri ke kanan : Bapak Heri Wahono, Nyai Dalang Wanita Zaman Now, Lisa Tunjungbiru, Khoirudin (dok pribadi)
(dok. pribadi)dari kiri ke kanan : Bapak Heri Wahono, Nyai Dalang Wanita Zaman Now, Lisa Tunjungbiru, Khoirudin (dok pribadi)
Menurut UU Pemajuan Kebudayaan menjelaskan bahwa Objek Pemajuan Kebudayaan  meliputi: a. tradisi lisan; b. manuskrip; c. adat istiadat; d. ritus ; e. pengetahuan tradisional; f. teknologi tradisional; g. seni; h. bahasa; . i. permainan rakyat;  dan  j. olahraga tradisional.

Berdasarkan Obyek Pemajuan Kebudayaan, maka keberadaan makam mbah pangeran dipoyono termasuk kategori adat istiadat. Adat istiadat ritual kirim doa setiap malam jumat di lokasi makam mbah dipoyono sering dilakukan oleh warga masyarakat Desa Talok Kecamatan Turen, bukan dari masyarakat Desa Gedhog Wetan sendiri.

Selfi Bersama Makam Mbah Pangeran Dipoyono dan Pangeran Branjangan (dok pribadi)
Selfi Bersama Makam Mbah Pangeran Dipoyono dan Pangeran Branjangan (dok pribadi)
Menurut Kidung Panji Wijayakrama, salah seorang Madura menemukan buah Maja yang rasanya pahit. Akhirnya, desa pemukiman yang didirikan oleh Mbah Raden Wijaya tersebut pun diberi nama Majapahit. Berdirinya Kerajaan Majapahit terjadi setelah tentara China meninggalkan Pulau Jawa, dan Raja Jayakatwang meninggal dunia dan terjadilah kekosongan kekuasaan.

Kemudian kekosongan kekuasaan diisi oleh Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit meneruskan Kerajaan Singhasari. Sedangkan menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan Raden Wijaya yang bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana, terjadi pada tanggal 12 November 1293.

Demikianlah uraian singkat sejarah Mbah Pangeran Dipoyono dan Mbah Pangeran Branjangan. Mari kunjungi dan lestarikan budaya sejarah Mbah Pangeran Dipoyono, Pangeran Branjangan (SN).

Oleh :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun