Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apollo Tak Mendarat di Bulan: Proyek Hoax Rp 2000 Triliun

6 April 2016   11:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:48 28386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="(Neil Armstong terjun payung akibat roketnya meledak, 6 Mei 1968) | sumber foto: spaceflight1.nasa.gov"]

[/caption]Itu baru soal teknik mesin, belum lagi soal fakta astronomi. Pada ketinggian 1.000 s.d. 60.000 km dari permukaan bumi, terdapat medan radiasi yang disebut Van Allen Belt. Mahluk hidup tak akan bisa melewatinya dengan selamat, tanpa teknologi pelindung. Itu sebabnya, sampai sekarang pun semua satelit dan semua pesawat ruang angkasa berawak berada pada Low Earth Orbit (di bawah 1000 km). Rata-rata satelit berada pada ketinggian 332 km (sumber: spacetoday.org). Yang paling tinggi Teleskop Hubble, ketinggian 596 km (sumber: hubblesite.org), hanya 1/700 jarak ke bulan.

Sebenarnya normal-normal saja jika program Apollo belum berhasil. Tenggat waktu 1 dekade yang ditetapkan JFK memang sangat mepet. Faktanya, tak ada pencapaian agung yang berhasil diraih pada upaya pertama.

Wright bersaudara butuh berapa kali gagal sebelum berhasil menerbangkan pesawat pertama. Upaya pendakian Mt. Everest yang pertama juga berakhir dengan kematian para pendaki. Thomas Edison melewati kegagalan berapa ratus kali sebelum berhasil menyalakan lampu pertama. Penempatan pertama teleskop Hubble di dekat bumi tahun 1990 pun pada upaya pertama juga gagal berfungsi disebabkan malfunction lensa kaca, hingga harus dikirim misi perbaikan yang memakan biaya jutaan dolar.

Justru heran jika orang berhasil mendarat di bulan pada upaya pertama tahun 1969, yang secara teknis jauh lebih kompleks dan jaraknya 700 kali lebih jauh dari Hubble yang gagal berfungsi pada upaya pertama tahun 1990.

Ketika itu, Richard Nixon baru diangkat jadi Presiden bulan Januari 1969. Setelah pemerintahan sebelumnya menghabiskan bujet begitu besar untuk Apollo, sementara 7 bulan sebelum tenggat waktu LLRV masih gagal fungsi, pemerintahan Nixon dan para petinggi NASA di bawah von Braun berada dalam tekanan besar. Seperti umumnya dalam dunia intelijen militer, bahkan di dunia manajemen modern pun, para eksekutif pasti punya Plan A/Plan B/Plan C.

[caption caption="Direktur NASA, Werhnher von Braun, di lokasi latihan dan syuting Apollo 11 tahun 1969 | sumber foto: abovetopsecret.com"]

[/caption]Opsi-opsinya adalah:

Plan A: terus berusaha agar target waktu tercapai. Ini yang sudah dijalankan tapi belum tercapai di akhir dekade (1969) sesuai misi Kennedy.

Plan B: Mengakui bahwa misi belum berhasil dijalankan, yang berarti gagal memenangi superioritas Perang Dingin, dan risiko pengurangan bahkan penghentian bujet NASA oleh Kongres. Pilihan yang tentunya tak enak buat Nixon, yang baru beberapa bulan menjabat Presiden.

Plan C: Ibarat orang pegang kartu buruk, lantas poker face dan pasang taruhan tinggi (bluffing). Bikin rekaman video palsu seolah sukses berangkat ke bulan. Tujuannya? Memenangi superioritas teknologi Perang Dingin, meningkatkan popularitas Nixon yang baru beberapa bulan terpilih, dan meningkatkan bujet NASA yang profitnya besar itu (ada lima misi lagi setelah Apollo 11).

Kita sebagai orang normal, tentu tak berani ambil Plan C itu. Bagaimana mungkin menipu umat manusia sedunia?? Tapi Presiden Nixon bukan sekali dua kali menipu dunia. Dia jelas-jelas berbohong soal Vietnam, yang menewaskan ribuan tentara AS seperti yang diungkap di harian The Washington Post: "Nixon's Big Lie".  Selain itu, Nixon pun terbukti melakukan dirty tricks lewat skandal Watergate.

[caption caption="(Richard Nixon, Presiden penuh skandal) | sumber foto: amazon.com"]

[/caption]

4. Bukti-bukti yang Tak Terbantahkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun