Mohon tunggu...
Rio Satrio
Rio Satrio Mohon Tunggu... Freelancer - English Education

Tukang tidur yang merubah mimpi jadi bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Renta

18 Agustus 2019   03:37 Diperbarui: 18 Agustus 2019   03:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ruri pak".

" Kau bodoh Ruri...".

" Maksud Bapak?".

" Kenapa tak kau biarkan saja aku mati !".

" Pak sadarlah, kalo Bapak mati permasalahan Bapak akan semakin berat nanti, mati dengan cara bunuh diri sangat dilarang oleh agama, dan Bapak tahu? balasan yang akan Bapak terima nanti? ".

" Neraka lebih baik dibanding hidup didunia yang tanpa hentinya dengan penderitaan".

" Astagfirullah ". Ruri bergumam dalam hatinya, kaget dengan apa yang telah Bapak itu katakan, apa sudah tidak ada lagi nama tuhan di dalam hatinya atau hatinya benar -- benar tertutup mati karena penderitaan yang ia hadapi , jelas ia telah tenggelam dalam keputusasaan.

" Bapak jangan bilang begitu, seberat apapun penderitaan Bapak. Allah pasti membantu Bapak, ingat Pak, penderitaan di dunia hanyalah sementara. Sedangkan di akherat nanti, semuanya kekal dan pasti lebih pedih di banding dunia".

" Tahu apa kau dengan penderitaan?".  Sedikit membentak Ruri

" Kau tahu, selama ini aku hanya berjalan di jalanan, mencari sisa makanan di tong sampah. Setiap hari istri dan anakku kelaparan, kami tinggal di bawah kolong jembatan dengan kardus -- kardus bekas sebagai atap dan alas rumah".

Kini Ruri terdiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun