Mohon tunggu...
Satrio Arismunandar
Satrio Arismunandar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Penulis buku, esais, praktisi media, dosen ilmu komunikasi, mantan jurnalis Pelita, Kompas, Media Indonesia, Majalah D&R, Trans TV, Aktual.com. Pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

82 Tahun Djohan Effendi dan Kehidupan Keagamaan yang Inklusif

2 Oktober 2021   01:21 Diperbarui: 2 Oktober 2021   01:26 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ABC via republika.co.id

Bagi Djohan, ruang perjumpaan lintas iman harus dibuka seluas-luasnya, dalam negara yang majemuk dan multi-agama ini. Ini adalah kebutuhan yang selalu harus diperjuangkan. Bukan hanya untuk umat beragama itu sendiri, tetapi juga untuk kepentingan keberlangsungan negara-bangsa.

Sebagai Tokoh Pluralis

Djohan dikenal sebagai sebagai pemikir Islam inklusif yang liberal. Dalam memahami agama, Djohan sampai pada kesimpulan: "Pada setiap agama terdapat kebenaran yang bisa diambil." Karena itu, ia sangat prihatin pada segala bentuk pertentangan yang mengatasnamakan agama.

Karier Djohan sebagai penulis pidato Presiden Soeharto tamat, ketika ia "nekat" mendampingi Gus Dur berkunjung ke Israel pada 1994. Kunjungan itu ditentang keras oleh sejumlah kelompok Islam. Bahkan, Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara saat itu, juga ikut menyesalkannya.

Di atas segalanya, Djohan adalah seorang tokoh pluralis. Itulah sebutan yang melekat pada dirinya. Sepanjang hidupnya ia berjuang untuk kebebasan beragama, dialog antar agama dan pembelaan  terhadap kelompok-kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi di negeri ini.

Djohan dikenal sangat gigih melakukan advokasi dan pendampingan kelompok minoritas agama, seperti Bahai, Konghucu, penghayat kepercayaan. Juga kelompok minoritas seperti Ahmadiyah dan Syiah. Bagi Djohan, Ahmadiyah dan Syiah mempunyai hak yang sama dalam menjalankan keyakinannya di Indonesia.

Djohan juga dikenal sebagai senior di kalangan aktivis liberal. Namanya masuk dalam buku "50 Tokoh Liberal di Indonesia" untuk kategori pionir atau pelopor gerakan liberal, bersama dengan Nurcholish Madjid dan KH Abdurrahman Wahid.

Bagi Djohan, dalam negara demokratis, kedudukan semua orang sama. Apa pun latar belakang mereka, baik secara etnis, agama atau keyakinannya, semua sama di depan hukum. Prinsip inilah yang diperjuangkan Djohan Effendi sepanjang hayatnya.

Di luar aktivitas perjuangannya, Djohan Effendi  adalah sosok yang sangat rendah hati. Ia penuh kesabaran membina anak-anak muda. Ia dikenal luas akrab dengan beragam kalangan. Ramah, terbuka dan santun. Sejak muda, ia selalu meluangkan waktu untuk bertemu dengan siapa saja, terutama pada anak-anak muda.

Djohan telah berpulang pada 2017. Namun, spiritnya tetap hidup di kalangan kaum muda dan orang orang yang mendukung gagasannya. Para murid dan sahabat Djohan kini masih terus memperjuangkan pluralisme,  kebebasan beragama, dialog antar-agama, dan hak-hak kelompok minoritas. Karena pola pikir eksklusif dalam kehidupan keagamaan masih tetap ada. (rio)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun