Mohon tunggu...
Satrio Anugrah
Satrio Anugrah Mohon Tunggu... Lainnya - Football Coach, Football Writer

Menulis untuk menyenangkan diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kasus Gareth Bale adalah Sebuah Teka-teki

2 Maret 2021   19:28 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:10 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau kita membicarakan Gareth Bale, sulit menentukan dari titik mana kita memulai.

Pria Wales yang kini berusia 31 tahun telah memenangkan berbagai trofi penting sepanjang karirnya. Yang paling mentereng tentu saja raihan trofi Liga Champions eropa empat kali berturut-turut. Saya ulangi, empat kali berturut-turut. Sesuatu yang tidak pernah diraih bahkan oleh galacticos pertama yang dihuni Ronaldo, Zidane, Beckham, Figo, Raul, dan Roberto Carlos (nama-nama yang bisa dikategorikan sebagai dewa sepakbola).

Selain prestasi di atas, Gareth Bale memenangkan La Liga 2 kali, Copa Del Rey 1 kali, Supercup 1 kali, Piala Dunia antar klub 2 kali. Praktis, Gareth Bale telah mencicipi segala hal manis yang bisa diraih seorang pemain di level klub. Bale seharusnya jadi legenda dan di hormati di klub ibukota spanyol alih-alih pulang ke london guna menghidupkan lagi karirnya yang redup. 

Pada pertandingan melawan Burnley pekan lalu, Pemain bernomor punggung sembilan mengingatkan kita semua seperti apa Gareth Bale yang digilai Florentino Perez bertahun-tahun yang lalu. ia membantu Tottenham Hotspur menggilas Burnley dengan mencetak dua gol dan satu assist. Saya ulangi, Bale baru saja mencetak 2 gol dan satu assist pekan lalu. Memutar kembali waktu.

Gareth Bale dulunya seorang bek kiri. Orang-orang di Southampton mengenal Bale sebagai spesialis tendangan bebas. Ia punya atribut bek kiri terbaik. Cepat, kuat, dan kemampuan crossing mumpuni.

Karirnya melesat saat Harry Redknapp menempatkan Bale di posisi Winger kiri. Transformasi berikutnya membuat Bale menjadi pencetak gol ulung sebagai winger kanan. Karena Bale jua, Tottenham meninggalkan status klub biasa-biasa saja menjadi klub yang layak diperhitungkan. Siapa yang tak ingin punya Gareth Bale? tak salah bila Florentino Perez mengetuk pintu Daniel Levy dengan sekoper uang untuk membawa Gareth Bale ke lampu-lampu cantik Santiago Bernabeu.

Bale pergi sebagai pahlawan, walau tak pernah menyumbang satu pun trofi bagi Spurs. Tiada yang ditinggalkan Bale selain kenangan manis, gol yang cantik, dan sorak-sorai di tribun White Hart Lane.

Hidup adalah rencana yang karam. Bale mendapati Madridistas ternyata tidak seramah para pendukung The Lilywhites. Cedera demi cedera membuat Bale kesulitan mendapat Continuity dan mencapai performa terbaiknya. 

Sekilas Bale menciptakan gol cantik, di waktu yang lain ia seperti lupa caranya bermain. Rumor lain menyebutkan Bale tak kunjung menguasai bahasa Spanyol setelah tujuh tahun, Thibaut Cortois mengatakan Bale tidak bisa membaur di ruang ganti, Kecintaan pada Golf yang sama sekali tidak pernah ditutupi juga dituding jadi penyebab sulitnya integrasi. dan lain-lain, dan lain-lain.

Dengan barisan panjang trofinya di Madrid, bagaimana mungkin ia tidak dicintai?

Dalam sebuah wawancara, Bale menjelaskan situasinya di madrid,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun