Mohon tunggu...
Satrio Adjie Wibowo
Satrio Adjie Wibowo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Politik FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis itu menenangkan pikiran dan nurani yang nyeri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Akankah AHY Berakhir Menjadi Korban atau Pemenang?

15 Maret 2021   13:26 Diperbarui: 15 Maret 2021   13:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Publik dibuat terkejut dengan KLB (Konferensi Luar Biasa) Partai Demokrat di Deli Serdang pada Jumat 5/3/2021. Tak ayal, kejadian ini menghapus keraguan-keraguan yang terekam dalam benak masyarakat atas teror yang menggerogoti partai berlambang mercy tersebut menjadi kenyataan. Lebih lucu lagi, Moeldoko yang sejak bulan Februari ditembak sebagai aktor dalam pengambil-alihan partai Demokrat membuka kedoknya dengan menerima jabatan ketua umum partai dari peserta KLB di Sumatera Utara. Sekarang publik dengan tegas dapat mengatakan bahwa acara ngopi-ngopi yang dilontarkan Moeldoko adalah bukan sekedar acara biasa melainkan menuju acara yang luar biasa.

Lantas bagaimana reaksi AHY? Sebagai ketua yang sedang digeserkan oleh "Begundal Politik" tentu tidak diam, secara gesit AHY langsung tancap gas melakukan pesiar ke Kemenkumham, KPU, dan Kemenkopolhukam. Tujuannya untuk memberi kabar resmi dari otoritas partai Demokrat yang sah dan kembali membawa dokumen legalitas yang menunjang demi keberlangsungan setir komando partai dalam genggaman AHY. Pada kesempatan itu juga AHY menyatakan bahwa peserta KLB menabrak AD/ART partai dan melaksanakan aksi secara inkonstitusional dan tidak patuh terhadap mekanisme partai yang formal.

Prahara dahsyat memang telah nyata terjadi dalam partai Demokrat. Siapa sangka, meski masih memiliki sosok "SBY" sebagai kultus partai tapi tetap saja operasi politik sporadis tercipta dan tak tanggung-tanggung Moeldoko menjadi aktor dalam lakon politik tersebut. Dari sekian deretan fakta yang ada, dapat kita simpulkan bahwa partai Demokrat masih seksi untuk menjadi tunggangan politik oleh sekelompok orang tertentu. Sayang, lakon politik yang dilancarkan memantulkan krisis nihil etika.

Sorotan memang sedang dipegang partai berlambang mercy. AHY yang selepas Pilkada DKI Jakarta 2017 sering absen dalam arus politik nasional kini kembali mendapat panggung politik untuk membuktikan kepemimpinan yang dia miliki. Terlebih dengan disiplin militer yang AHY tempuh, mestilah tercermin dalam gestur dan langkah sang ketua umum partai. Ditambah dengan usia AHY yang bisa dibilang paling muda dibanding tokoh ketua umum partai lainnya, bisa menjadi poin krusial untuk menentukan karier politik bertahan lama atau berakhir prematur.

Maka nasib akhir AHY akan ditentukan oleh Kemenkumham. Sebagai otoritas yang memberi legalitas suatu kepengurusan partai politik untuk dapat terus eksis berkiprah dalam masyarakat. Memang proses perlawanan antara kubu AHY dan kubu Moeldoko masih berlangsung ditambah juga perang narasi untuk merebut opini publik. Hal tersebut sah saja karena baik kedua kubu menempuh drama politik tapi perlu diingat, penyelesaian atas carut-marut partai Demokrat ada dalam koridor hukum dan bagi kelompok mana yang mendapat SK Kemenkumham, dialah yang yang menjadi pemenang. Ketika SK telah keluar barulah kita dapat berkata apakah AHY berakhir menjadi korban atau pemenang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun