Mohon tunggu...
Satrio YogaPratama
Satrio YogaPratama Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Mercubuana

42321010086 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Martin Buber (I and Thou)

23 September 2022   04:53 Diperbarui: 23 September 2022   05:03 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buber dengan anggapan dasar tersebut, membangun paradigma mengenai manusia. Manusia tetap membangun relasinya dengan lingkungan, sesama manusia serta Tuhannya. Bertens menerangkan pemikiran Buber tersebut dalam bukunya.

“ Manusia memiliki 2 hubungan yang fundamental berbeda : di satu pihak hubungan dengan benda- benda serta di lain pihak relasi dengan sesama manusia dan Allah. Relasi yang pertama diucap Ich- Es( I- It), serta relasi yang kedua diberi nama Ich- Du( I- Thou). Dalam bahasa Indonesia barangkali bisa dikatakan Aku- Itu dan Aku- Engkau. Buber menjelaskan jika karena 2 relasi ini“ Aku” sendiri bersifat dwiganda, sebab“ Aku” yang berhubungan dengan“ Itu” berlainan dengan“ Aku” yang berhubungan dengan“ Engkau”. Tetapi biarpun relasi- relasi dapat berbeda, namun“ Aku” tidak pernah tanpa relasi;“ Aku” tidak pernah merupakan sesuatu“ Aku” yang terisolasi”( Bertens, 2002: 180).

Hubungan yang terdapat dalam pemikiran Buber merupakan kedekatan Aku Engkau, serta kedekatan Aku- Itu. Kedekatan Aku- Engkau bermakna hubungan tersebut merupakan ikatan antarsesama manusia serta ikatan yang terjalin antara manusia selaku umat dengan Tuhannya. 

Kedekatan Aku- Itu bermakna kalau manusia juga senantiasa menjalakan ikatan dengan benda- benda ataupun yang dibendakan di sekitarnya, atau dapat dikatakan kalau manusia menjalakan hubungan dengan alam ataupun lingkungannya.

Buber membagikan penyebutan lain pada kedua wujud kedekatan tersebut. Buber menyebutnya“ pengalaman” pada hubungan Aku- Itu, sebaliknya pada hubungan Aku- Engkau disebutnya dengan“ ikatan”. Pemikiran Buber tentang“ pengalaman”( erfahrung) serta“ hubungan” diuraikan oleh Lathief dalam tulisannya.

“ Jika yang terjalin ikatan Aku- Itu, maka dunia yang dicitrakan merupakan dunia benda- benda, sesuatu yang dibendakan, kepemilikan, serta kemampuan atas yang lain. Ikatan yang demikian ini menandai dunia selaku Erfahrung (pengalaman), namun oleh Buber dipergunakan sebagai penanda ikatan dengan benda- benda. Sebaliknya istilah Beziehung( hubungan) menandai kedekatan Aku- Engkau, ikatan yang dikhususkan untuk manusia- manusia. Hal ini memberi citra ikatan yang sejati ataupun genuinitas dalam diskusi antarmanusia”( Lathief, 2010: 19).

Perihal tersebut diungkapkan oleh Buber( 1937: 6) dalam karya monumentalnya yang bertajuk I and Thou atau dalam bahasa Jermannya Ich und Du, yang kemudian membuatnya jadi sangat dikenal sebagai seseorang pemikir dalam filsafat eksistensialisme. 

As experience, the world belongs to the primary word“ I- It”. The primary word“ I- Thou” establishes the world of relation. Kedua pola tersebut dalam perspektif Buber ini, tidak pantas jika diputarbalikkan, misalnya Thou ataupun Engkau dianggap sebagai benda ataupun dibendakan, hingga di dalamnya tidak ada cinta. Thou bukanlah benda ataupun objek. 

Pada saat pola hubungan Aku- Itu ataupun I- It yang terbangun dalam ikatan sesama manusia, maka Engkau tidak lagi sesama manusia untuk Aku, melainkan Engkau merupakan sesuatu barang, objek yang dapat aku gunakan. Ekspedisi sejarah telah mencatat, bila pola hubungan Aku- Engkau semakin terkikis dalam hubungan yang sebaiknya terjalin antarsesama manusia yang penuh dengan cinta kasih. 

Pola hubungan Aku- Itu ataupun I- It terhadap sesama manusia semakin menampilkan dominasinya, saling mengobjektifikasi. Pengandaian filosofis Buber tersebut, menyamai kritik atas kebudayaan modern yang dikemukakan oleh begitu banyak filsuf abad ke- 20, khususnya berhubungan dengan peranan ilmu pengetahuan serta teknologi yang mematikan relasi- relasi antarmanusia( Bertens, 2002: 181).

Relasi Aku-Engkau tidak terbatas hanya pada ikatan sesama manusia. Justru hubungan Aku-Engkau memuncak dalam hubungan Aku dengan Allah sebagai Engkau yang abadi. Allah merupakan Engkau yang tidak mungkin dijadikan Itu. Ia tidak dapat didefinisikan atau digambarkan. Manusia hanya bisa mengenal Allah dalam ketaatan dan kepercayaan (Bertens, 2002: 181). Oleh karena itu, Buber dikenal sebagai salah satu seorang eksistensialis religius yang tidak menaifkan Tuhan sebagai Engkau yang absolut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun