Mohon tunggu...
satria winarah
satria winarah Mohon Tunggu... Programmer - yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya

Seorang programmer yang membagi hatinya dengan sastra, sejarah, dan militer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Betawi dan Sekelumit Cerita Tentangnya

4 Maret 2021   08:15 Diperbarui: 4 Maret 2021   08:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betawi yang kita kenal sekarang ini, sebagai sebuah suku dg budaya dan bahasanya sendiri, bukanlah terminologi yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan Islam ataupun Hindu-Budha.

Terminologi Betawi muncul ketika orang Belanda yang berhasil menaklukkan Jayakarta, mengubah nama kota tersebut dengan nama Batavia, sering juga ditulis Batawia. Karena ejaan Belanda dan Jerman yang melafalkan huruf W sama dengan huruf V.

Pribumi pada masa itupun mulai menyebut kota tersebut dengan sebutan Batawia atau Batawi, yang lama kelamaan menjadi Betawi. Seiring dengan terasimilasinya penduduk asli Sunda di wilayah tersebut dengan berbagai macam budaya yang ada, akhirnya muncullah sosok suku baru yang sekarang kita kenal dengan sebutan suku Betawi.

Era Kerajaan
Pada abad pertengahan, kerajaan Sunda adalah kerajaan yang menduduki seluruh wilayah Jawa Barat, Banten, dan Jakarta sekarang. Kerajaan ini memiliki empat pelabuhan, yaitu Serang, Sunda Kalapa, Panarukan, dan Cirebon.

Pelabuhan Sunda Kalapa adalah pelabuhan yang paling penting untuk kerajaan Sunda, sebab itu adalah pelabuhan yang berada pada ibu kotanya, Pakuan (meliputi Jabodetabek sekarang ini, dan juga Sukabumi dan Cianjur).

Dari kota dan pelabuhan yang strategis ini, Raja-Raja Sunda turun temurun sejak zaman Tarumanegara (circa 4 M) hingga Pajajaran (circa 1500 M) , memerintah wilayah mereka. Kelak dari lokasi yg strategis ini juga, Belanda memerintah seluruh wilayah Hindia Belanda. Dan kelak dari lokasi yang strategis ini juga, presiden2 Indonesia memerintah.

Wilayah Pakuan dan Sunda Kalapa tanpa kita sadari sudah menjadi ibukota bagi tiga buah pemerintahan sejak tahun 400 hingga 2021 sekarang ini.

Era Kolonial
Perebutan atas wilayah Sunda Kalapa yang strategis ini terjadi berkali-kali.

Kesultanan Banten pernah merebut Sunda Kalapa dari kerajaan Sunda yang sudah terseok-seok. Menjadikan kerajaan Sunda kehilangan Kesundaannya dan hanya bisa dikatakan sebagai kerajaan kecil, Pakuan Pajajaran. Yang diambil dari wilayahnya yang kecil, karena terapit dua kekuatan besar, Kesultanan Banten dan Cirebon.

Portugis merebut Sunda Kalapa dari Banten, dan menjadikan Sunda Kalapa sebagai kantor pusat perdagangan mereka. Konon disini Portugis mengganti nama kota ini menjadi Jacatra. Tapi masih butuh konfirmasi.

Kesultanan Demak, melalui Laksamana Fatahillah, pada 22 Juni 1527 M merebut Jacatra dari Portugis dan merubah namanya menjadi Jayakarta. Dikemudian hari pindah tangan ke Kesultanan Banten, ketika Demak runtuh dan berganti ke Kesultanan Pajang.

Belanda merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten dan merubah namanya menjadi Batavia/Batawia. Merujuk pada ancestor nya orang2 Belanda di Eropa.

Belanda pun segera menjadikan Batavia sbg pusat pemerintahan mereka hingga berakhir pada 17 Agustus 1945.

Era Republik
Sejak merdeka, Indonesia tetap menjadikan kota bersejarah ini sebagai pusat pemerintahan, sebagaimana yg dilakukan Hindia Belanda, dan Kerajaan Sunda (termasuk Tarumanegara dan Pakuan Pajajaran). Namun mengganti namanya menjadi Jakarta. Bentuk pendek dari Jayakarta. Tapi ada pula orang yang memaksudkannya sbg bentuk lain dari Jacatra.

Inilah kota penuh cerita itu. Yang sudah menjadi kota penting sejak zaman Tarumanegara yang berdiri pada abad 4 Masehi. Sekalipun sayang, kita sering kali membatasi Jakarta hanya sampai era Belanda saja.

Ini adalah kota yang luar biasa, tempat berbagai macam orang mengadu nasib sejak zaman Belanda. Asimilasi budaya pun terjadi sejak masa itu, bahkan hingga melahirkan suku tersendiri yang budayanya adl campuran dari budaya Sunda, Portugis, Belanda, Tionghoa, Jawa, Makasar, Batak, dan lain-lain.

Sampai disini, kita tidak tahu, sampai kapan Jakarta akan tetap punya cerita.

Kalau ada kesalahan dan tambahan fakta, mari diskusi di kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun