Mohon tunggu...
Satria Nugraha
Satria Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi

Mahasiswa FIlm dan Televisi, Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perceraian: Dampak Langsung dan Tidak Langsung bagi Anak

22 Maret 2021   21:19 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:41 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keluarga merupakan tempat berpulang, tempat bercerita dan tempat berlindung bagi seorang anak. Namun, kenyataannya tidak semua keluarga dapat mewujudkan hal tersebut, banyak pasangan suami istri yang berakhir dengan perceraian. Anak dengan orang tua yang bercerai harus melewati masa sulit, bahkan kesulitan tersebut bisa terjadi dalam jangka watu yang panjang. Apa yang biasanya menjadi penyebab perceraian? biasanya perceraian disebabkan karena berbagai hal seperti masalah finansial, KDRT, ketidaksepahaman, pernikahan tanpa cinta dan tidak siap untuk menikah atau menikah terlalu dini. Perceraian adalah sebuah musibah yang tidak pernah diinginkan setiap keluaga manapun, terutama untuk seorang anak. Keadan tersebut akan berdampak pada anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Anak akan mengalami peralihan besar dalam hidupnya sehingga ia dipaksa menyesuaikan diri. Penyesuaian tersebut terjadi karena perubahan struktur keluarga sebagai akibat dari perceraian. Yang mana, anak akan kehilangan peran dari salah satu orang tua yang yang harus berpisah darinya. Dari situ banyak perubahan pula yang harus ia hadapi, seperti parenting orang tua. Sebagai single parent maka mengurus keluarga akan menjadi sedikit berat karena harus berperan sebagai ayah sekaligus ibu bagi anak. Selain itu anak akan kehilangan peran sosok ayah atau ibu mereka dalam kehidupan sehari-harinya. terutama pada masa awal pasca perceraian.

Reaksi emosi dan perilaku anak dalam melewati masa sulit itu, tergantung perilaku orang tuanya. Khususnya sebelum perceraian, selama perceraian dan setelah perceraian. Kebanyakan kasus perceraian pada pasangan suami istri, biasanya selalu disertai pertengkaran bahkan tak sedikit pertengkaran tersebut yang disertai dengan kekerasan, bagi pasangan dengan berwawasan parenting yang baik, tentu akan lebih paham untuk tidak bertengkar di depan anaknya, namun banyak pula kasus dimana anak selalu menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya, bahkan menjadi saksi orang tuanya melakukan KDRT. Hal tersebut tentu akan berdampak pada anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAMPAK SECARA LANGSUNG

Dampak secara langsungnya anak akan merasa ketakutan dan marah. Mereka akan memendam amarah, sehingga secara psikologis ia akan menjadi pribadi yang pendiam, dan selalu bersedih. Bahkan karena anak terlalu sering menyaksikan kekerasan dalam keluarganya, bisa menyebabkan anak menjadi terbiasa dengan kekerasan. Sehingga di lingkungan sosialnya mereka akan melampiaskan amarahnya dengan kekerasan. Dari perceraian bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada anak ketika ia berada di rumah. Dengan begitu kemungkinan anak terjaring pergaulan bebas akan cukup besar. Ia akan mengaggap keluarga bukan lagi sebagai tempat nyaman untuk berpulang, karena yang ia temukan hanya pertengkaran. Dampak secara langsung lainnya adalah penurunan kemampuan kognitif anak di sekolah. Permasalahan di keluarganya tentu akan menjadi beban pikiran bagi anak di lingkungan belajarnya, ia cenderung akan lebih sering murung dan menyendiri serta kehilangan semangat belajar. Bullying dan bentuk perundungan di lingkungan sosial dan sekolah mereka juga bisa terjadi berangkat dari keadaan keluarga mereka yang tidak harmonis. Dan seperti yang kita ketahui bahwasanya dampak dari bullying itu sangat berpengaruh terhadap psikologis dan perilaku anak.

DAMPAK TIDAK LANGSUNG

Adapun dampak secara tidak langsung dari perceraian orang tua terhadap anak yaitu bisa menyebabkan trauma berkepanjangan. Bentuk trauma yang dialami bisa bermacam-macam. Misalnya, nantinya anak akan takut untuk menjalin hubungan atau menikah karena pengalaman traumatis di masa lalunya menyaksikan orang tuanya bertengkar, dan bercerai. Keluarga berperan sebagai lembaga pertama sekaligus paling utama bagi anak, dari keluarga mereka memperoleh pendidikan pertama sebagai manusia dan pelajaran mengenai bagaimana ia berperilaku di lingkungan luar.

Peran orang tua setelah perceraian juga menentukan reaksi dan dampaknya terhadap anak. Perceraian akan memisahkan atau setidaknya mengurangi interaksi antara anak dan orang tua karena mereka harus berpisah. Dengan begitu orang tua harus mensuport dengan sepenuhnya dan memberi pehamaman kepada anak terutama masa awal pasca perceraian. Karena itu merupakan masa-masa paling sulit bagi anak. Lalu bagaimana meminimalisir hal tersebut? yang sangat perlu menjadi perhatian adalah bagaimana anak bereaksi dan berperilaku akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana perilaku orang tua sebelum, selama dan sesudah perceraian. Dampak-dampak negatif tersebut bisa dihindari dengan edukasi parenting yang harus setiap pasangan pahami sebelum menikah. Selain itu menikah di usia yang matang dan siap secara finansial dan mental juga sangat menjadi pertimbangan yang penting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun