Mohon tunggu...
Denovan Satriandika
Denovan Satriandika Mohon Tunggu... Penulis - Pundit Ala Ala

No Hoax

Selanjutnya

Tutup

Bola

Catatan Denovan: Liga 1 2017, Hantu atau Nyata?

8 November 2017   19:43 Diperbarui: 19 Desember 2018   23:03 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aduh! itu mungkin kata yang mungkin keluar atau minimal terpendam dalam hati di semua penikmat Liga Indonesia, bahkan saya rasa pemain, pelatih maupun offisial pun merasakan hal yang sama saat mendengar dan melihat berita tadi pagi jika ternyata laga Mitra Kukar vs Bhayangkara FC yang di gelar 3 November lalu yang berkesudahan 1-1 ternyata dianulir dan dinyatakan bahwa Bhayangkara FC menang WO 3-0 atas Mitra Kukar. Hal tersebut adalah buntut dari Mitra Kukar yang memainkan Mohammed Sissoko yang menurut Komdis PSSI masih harus absen akibat skorsing paska menerima kartu merah pada laga melawan Borneo FC.

Perdebatan pun muncul, kubu Mitra Kukar berdalih bahwa sanksi Sissoko hanya 1 laga saja dan sudah di tuntaskan saat melawan Persib sementara dalam salinan surat yang diterima oleh Mitra Kukar disebutkan hanya Herwin Tri Saputra saja yang harus absen di laga melawan Bhayangkara sementara nama Sissoko tidak dalam list pemain yang absen dalam Formulir Pengesahan Pemain yang di tanda tangani PT Liga Indonesia Baru sebagai operator kompetisi. Bahkan di website resmi Liga 1 paska laga Kukar vs Bhayangkara disitu disebutkan bahwa status Sissoko legal namun kenapa baru di revisi sesudah laga PSM vs Bali United? tentu publik bertanya ada apa ini?

Secara eksplisit hasil WO ini tak berpengaruh untuk posisi klasemen Mitra Kukar karena mereka masih ada di papan tengah, namun tentu dapat di pahami bagaimana kecewa nya kubu Mitra Kukar saat mereka sudah mati matian bertanding lalu laga tersebut dianulir oleh sebab yang bisa saya bilang janggal namun lebih dari pada itu hasil WO ini juga merubah tatanan klasemen di papan atas bahwasanya Bali United yang sebelumnya ada di peringkat 1 dan selangkah lagi menjadi juara terpaksa harus di kudeta oleh Bhayangkara karena mereka mendapat 2 point tambahan hasil dari menang WO atas Mitra Kukar, kini walau punya point sama 65 dengan Bali United namun Bhayangkara ada posisi 1 sebab mereka unggul head to head atas tim Semeton Dewata bahkan PSM dan juga Madura United yang sebelumnya secara matematis masih punya kans untuk juara kini menemui jalan yang sangat terjal karena mereka sekarang tercecer 3 dan 5 point dari Bhayangkara.

Kejadian tersebut menimbulkan banyak komentar dari semua pihak, netizen (termasuk saya) dengan keyboard warrior nya sejak dari siang cukup meracau akibat ulah mencla mencle dari PSSI yang tidak tegas dalam status Mohammed Sissoko, sementara pemain pun menyeruakan kekecewaannya di Instagram pribadi mereka seperti Sylvano Comvalius, Hamka Hamzah dan Hasim Kipuw. Comvalius menyebut liga ini adalah liga sirkus, Hamka Hamzah kecewa karena perjuangan pemain PSM dan Bali yang saling bertemu di match day 33 lalu seolah tidak di hargai karena ternyata point Bhayangkara di tambah secara "cuma cuma", beda hal dengan Kipuw yang secara sarkas melarang anaknya menjadi pemain sepakbola karena hanya akan di jadikan bahan dagelan saja. 

Jika sudah pemain saja berkomentar berkeluh kesah lalu apalagi kami yang hanya menjadi penonton dan tak tau apa apa? wajar kami kecewa bukan karena siapa yang menang dan siapa yang kalah tapi kami khususnya saya pribadi kecewa karena Liga yang awalnya menjadi tonggal bangkit nya sepakbola lokal paska sanksi FIFA ternyata jauh panggang dari api.

Di tulisan sebelumnya saya sudah berkata bahwa liga ini masih banyak PR dari mulai klub yang hampir kolaps, kerusuhan suporter hingga meregang nyawa, komplain beberapa klub akibat kualitas perangkat pertandingan yang buruk sampai regulasi pemain yang berubah di tengah kompetisi dan ternyata PR untuk PSSI bertambah karena ternyata penentuan skorsing untuk pemain pun tidak jelas seperti kasus Sissoko diatas, seharunya PSSI dari awal tegas bagaimana regulasi bagi pemain yang menerima kartu merah apa itu absen 1 laga atau 2 laga jangan sampai hal tersebut menjadi debatable sesudah laga karena efeknya merembet ke fluktuasi klasemen dam tatanan perebutan juara. 

Tapi sudahlah saya sebagai penonton tak mau bersuudzon karena orang beradab tidak pernah berburuk sangka pada siapa pun saya mencoba bertabayyun jika kasus Sissoko tadi merupakan murni kesalahan komunikasi saja namun saya berharap kedepannya kejadian seperti ini tidak terjadi lagi karena status legal atau tidak nya pemain yang berlaga seharusnya tidak terjadi kecolongan karena itu merupakan dasar dari sebuah operator kompetisi menggulirkan sebuah liga.

Karena penasaran saya pun membuka wesite resmi liga 1 dan mendownload regulasi dan manual liga 1, ternyata di regulasi yang tertera (koreksi jika saya salah) pemain yang mendapat kartu merah hanya di skorsing 1 laga saja dan artinya Sissoko sudah menunaikan hukumannya dengan absen di laga melawan Persib kecuali jika Sissoko di berikan hukuman tambahan tapi menurut kubu Mitra Kukar mereka tidak menerima salinan surat penambahan hukuman. 

Kemudian saya juga penasaran apa sanksi buat klub yang bandel memainkan pemainnya yang di skors apakah hasil pertandingan tetap sah tapi pengurangan point bagi klub yang memainkan pemain yang terkena skors atau laga di nyatakan WO? sampai tulisan ini saya turunkan saya belum mendapatkam kejelasan bagaimana hukuman tersebut seusai regulasi atau manual liga, jika ada pembaca yang mengetahui bisa di share agar semuanya mempunyai kejelasan.

Ah ternyata laga Madura United vs Bhayangkara FC sebagai penentuan juara sudah mau di mulai selain itu bab 3 skripsi saya juga sudah menunggu akhirnya tulisan saya berjudul Liga 1 2017: Hantu Atau Nyata? pun harus di akhiri, lalu bagaimana conclusion nya? bagi saya Liga 1 nyata karena dengan segala kekurangannya menjadi hiburan bagi masyarakat Indonesia namun terdapat hantu yang bermunculan, apa itu? hantu pengabdi setan? valak? bukan! hantu itu berupa kerusuhan suporter, perangkat pertandingan yang buruk sampai regulasi pemain dari U-23 yang di revisi di tengah kompetisi hingha aturan skorsing pemain yang mencla mencle.

AYO PSSI, KLUB, PEMAIN, OFFICIAL, SUPORTER DAN SEMUANYA BANGKIT! BENAHI SEMUANYA AGAR LIGA 1 MUSIM DEPAN JAUH JAUH JAUH LEBIH BAIK DARI MUSIM INI. #HIDUPLAHINDONESIARAYA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun