Mohon tunggu...
Nanang Setiawan
Nanang Setiawan Mohon Tunggu... PNS -

Seorang pria dengan leukemia. Seorang manusia dengan cita-citanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapakah Pribumi?

17 Oktober 2017   10:20 Diperbarui: 17 Oktober 2017   10:36 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah PRIBUMI itu sebenarnya PRODUK KOLONIAL BELANDA untuk memecahbelah bangsa Indonesia yang saat itu berjuang demi kemerdekaan. Kalau tidak salah, saat itu oleh Belanda dilakukan pengelompokan penduduk untuk menentukan kelasnya. Sekarang isu pribumi sering muncul untuk konsumsi politik. Seperti halnya pidato pak Anies kemarin, di saat saya ingin mulai jatuh cinta. Dan ternyata, ah sudahlah.

Di masa penjajahan dulu, oleh Belanda, penduduk di masa itu dikelompokkan menjadi Europeanen, Vreemde Oosterlingen dan Inlanders (pribumi).

Europeanen

Adalah kelompok warga kelas satu. Mereka mendapatkan gaji yang jauh lebih tinggi, diutamakan untuk posisi-posisi pekerjaan yang lebih tinggi, memiliki kewarganegaraan ganda, terjamin kualitas pendidikannya, dan sebagainya

Vreemde Oosterlingen

Adalah kelompok warga kelas dua. Di dalam kelompok ini termasuk orang tionghoa, ARAB, India, Persia, Turki, Yahudi non-Eropa.

Inlanders / Pribumi

Adalah kelompok warga kelas bawah. Asli atau tulen (indigenious) sebagai kelompok etnis yang diakui sebagai suku bangsa bukan pendatang dari negeri lainnya. Mungkin maksudnya suku-suku yang sudah ada sebelumya, seperti Jawa, Sunda, Batak, Sasak, Badui dll.

Tapi walaupun begitu, penduduk asli / native indonesians (pak Anies menyebutnya pribumi) sebenarnya adalah bangsa pendatang. Menurut sumber manusia modern masuk ke tanah air (Nusantara / Indonesia) pada Era Pleistosen

Manusia pendatang ini pun terbagi menjadi dua golongan dengan tiga tahapan.

Melanesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun