Mohon tunggu...
Dilan Imam Adilan
Dilan Imam Adilan Mohon Tunggu... Dosen - Lelaki Biasa

Suka menulis dan minat membaca. Dosen di Fakultas Ilmu Sosial-Politik Universitas Nurtanio Bandung. Founder Lajnah Intelektual Muda Persis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) Kenapa Ada?

2 April 2020   22:11 Diperbarui: 10 April 2023   02:28 3432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelantikan PP HIMA PERSIS 2018-2021, di Gedung Indonesia Menggugat Bandung.

Oleh : Dilan Imam Adilan (Kepala Bidang Kaderisasi PP HIMA PERSIS 2018-2021)

HIMA PERSIS lahir pada 24 Maret 1996 M bertepatan dengan 4 Dzulqa'dah 1416 H di Cianjur-Jawa Barat berbarengan dengan Himi Persis (Himpunan Mahasiswi Persatuan Islam). HIMA PERSIS merupakan akronim dari Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (PERSIS) sebuah organisasi otonom milik PERSIS (Persatuan Islam).  

HIMA PERSIS memiliki dua peran sentral. Pertama, peran INTERNAL. Sebagaimana kita tahu, PERSIS (Persatuan Islam) memiliki basis massa di Jawa Barat sekitar 5 juta anggota, dan memiliki ratusan cabang di Indonesia. Meskipun merupakan bagian dari organisasi Induk PERSIS (Persatuan Islam), HIMA PERSIS memiliki independensi, dan karakter yang cukup berbeda. Sebagai generasi muda PERSIS (Persatuan Islam; selanjutnya disingkat PERSIS) yang akan melanjutkan peran dan tujuan PERSIS di masa depan, HIMA PERSIS membuka ruang baru dalam pemikiran dan gerakan  PERSIS  diantaranya sebagai "Laboratorium Fikrah Tajdid". Dalam jarak waktu 5 sampai 20 tahun ke depan, kader-kader terbaik HIMA PERSIS akan melakukan evolusi dalam menampilkan wajah PERSIS yang lebih modern dan menjadi representasi organisasi Islam Indonesia yang maju di berbagai bidang khususnya di bidang Sains-Teknologi, dan SDM berkarakter khas Indonesia yang tetap memegang teguh prinsip keislaman. Untuk mewujudkan itu semua, HIMA PERSIS telah membuka pintu lebar-lebar bagi mahasiswa yang memiliki latar belakang anggota jamiyyah PERSIS ataupun bukan untuk turut bergabung membangun kembali (rekontruksi) rumah besar bernama PERSIS, melanjutkan perjuangan Ulama-Intelektual progresif Ahmad Hassan, Muhammad Natsir, Isa Anshari, Latief Muchtar, dan Shiddiq Amien atas usaha mereka membangun PERSIS; membina umat dengan dakwah-pendidikan, dan pengembangan organisasi di berbagai sektor; ekonomi, sosial-budaya, dan politik.

Kedua, peran EKSTERNAL. HIMA PERSIS memiliki peran dan tanggung jawab secara umum yaitu menjaga Indonesia dan memajukan bangsa ini sebagaimana tujuan nasional bangsa Indonesia terdapat pada UUD 1945 alinea ke-4, yang berbunyi: Alinea IV (Keempat), "kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahaan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” HIMA PERSIS sebagai organisasi Islam Indonesia juga memiliki peran dan tanggung secara khusus menjaga martabat Islam dan membimbing kemajuan umat Islam Indonesia. Karena kemajuan Islam dan umat Islam Indonesia, ialah kemajuan bangsa kita Indonesia. 

Secara spesifik peran HIMA PERSIS didorong, oleh bait dalam QA-QD HIMA PERSIS, bahwa tujuan dari HIMA PERSIS ialah berupaya mewujudkan 'Peradaban Ulul Albab' dengan kerja-kerja nyata. Bahwa kader-kader HIMA PERSIS memiliki kapabilitas diri untuk terjun di berbagai bidang; kader ekonomi, kader politik, kader dakwah, kader pendidikan, kader IT dll. 

SELAYANG PANDANG SEJARAH HIMA PERSIS

Dilatar belakangi oleh pro dan kontra, dan dinamika yang terjadi. Muktamar I HIMA PERSIS di Cianjur yang terdiri dari perwakilan mahasiswa Persis Bandung, Jakarta dan Yogyakarta memilih Ihsan Setiadi Latief sebagai ketua umum pertama HIMA PERSIS Ihsan Setiadi Latif merupakan putra dari Latief Muchtar, ketua umum PERSIS Saat itu hubungan organisasi HIMA PERSIS dengan Persis memang seolah hubungan ayah dan anak, anak yang baru lahir yang sangat memerlukan perlindungan ekstra dari orang tuanya. Setidaknya HIMA PERSIS bisa melewati badai kritik di tahun pertamanya, sedang tahun 1997 Latief Muchtar sudah berpulang ke rahmatullh.

Isu integrasi Hima Himi Persis secara struktur-formal lalu muncul ke permukaan, mengingat secara realistis perjuangan mahasiswa Persis belum bisa optimal jika dipisah.[1] Alasan utama ialah keterbatasan SDM, ditambah tidak biasanya dalam kultur organisasi mahasiswa di Indonesia untuk memisahkan mahasiswa-mahasiwi secara struktural. 

Hal tersebut dianggap tabu dan sensitif di kalangan keluarga besar Persis karena alasan-alasan syar'i, sehingga organisasi perempuan di Persis memang terpisah dan mandiri. Meski begitu, Hima-Himi Persis selalu bisa sinergis dalam gerakan dan program-programnya dengan tidak melanggar batasan-batasan syar'iat.[2]

Angkatan Tuan Ihsan Setiadi Lathif (1996-2000)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun