Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

COP-26, Green Economy hingga DSP Mandalika

18 November 2021   19:30 Diperbarui: 18 November 2021   19:32 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indonesia.travel/id/id/home

Pembangunan tidak boleh berhenti atas nama emisi karbon dan deforestasi," Tweet Menteri LHK RI, Siti Nurbaya Bakar (3/11) lalu.

Viral! Tweet yang ditujukkan kepada kritik publik merespon pernyataan Presiden Joko Widodo pada pertemuan COP-26 Glasgow, Senin (1/11).  Dimana kritiknya menyasar pada klaim-klaim Pemerintah yang berhasil menurunkan laju Deforestasi dan kebakaran hutan Indonesia pada rentang 20 tahun terakhir.

Secara konteks, Menteri LHK, Siti Nurbaya Bakar --dalam tweetnya- seolah ingin mengatakan jika definisi Deforestasi terlalu tajam, dan tidak adil buat Indonesia yang sedang berkembang dalam proses pembangunan?

Artinya, pembangunan daerah di sekitar hutan/pedalaman pelosok Nusantara sulit terhenti oleh alasan Deforestasi. Karena dinilai akan bertentangan dengan mandat UUD 45, dalam upaya menggapai makna kesejahteraan rakyat, dari sisi sosial dan ekonomi. Benarkah?

esgi-ai-1636809998469-4-619644edf4c073196a294dd2.jpg
esgi-ai-1636809998469-4-619644edf4c073196a294dd2.jpg
Jika merujuk Globalforestwatch.org menyebut terdapat perbandingan antara pembangunan infrastruktur (jalan raya, telekomunikasi, listrik, dsb), dengan pembangunan berkonteks ekspolitasi --seperti pertambangan- yang terjadi di Indonesia, rentang 2014-2020, perbandingannya 1:8.

Lantas, apakah pembangunan yang gencar kini --memang- tidak boleh berhenti atas nama deforestasi dan emisi?

Melihat perbandingan itu, kita bisa saja bersepakat, jika jawabannya pastilah akan tergantung dari jenis pembangunan apa yang sedang dimaksud? Jika berupa pembangunan infrastruktur yang tidak bernilai 'berkelanjutan' semestinya wajar diperdebatkan! Terlebih kegiatan-kegiatan eksplotatif sengaja merusak hutan dan alam!

Nah, pertemuan COP-26 Glasgow, seyogyanya sudah menyampaikan pesan kuat atas komitmen dunia --termasuk Indonesia- terkait penanganan isu perubahan iklim itu, lewat konsep-konsep pembangunan green ekonomi.

Dan terpenting juga adalah, hadirnya arah dukungan kita semua, yang mendamba keasrian dan keramah-tamahan lingkungan alam terwujud, agar mampu tampil kekal, dirasakan anak cucu kelak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun