Jujur, Danau Taman Gubang di Kaltim, yang memanfaatkan lubang tambang batu bara berhasil memanja mata semua orang, lewat pesona hamparan kilau airnya yang membiru. Â Namun --dicatat- kita tak pernah tahu, kapan airnya itu akan membirukan banyak kota atas bencana banjir, yang kerap terjadi di kota-kota besar Kaltim, setiap-kali hujan menyapa kan?
Nah akan terselip pesan-pesan bertema lingkungan dari wisata Danau-danau artificial eksploitatif Kaltim itu untuk dipetik, dalam upaya pengembangan Danau Toba, sebagai spot Wonderful Indonesia, di masa depan.
DSP Toba, pemantik ekonomi pasca Pandemi?
Sebelum Pandemi merebak 2020, Danau Toba sudah digemakan menjadi satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) Indonesia. Namun, dilihat rentang 2015 hingga 2018, kehadiran wisatawan mancanegara (Wisman) hanya tumbuh 1%, dimana 2015, tercatat 229.288 Wisman. Sedangkan Wisatawan nusantara (Wisnus), 2015 tercatat 9.71 juta orang, sempat melesat 14.04 juta orang di 2017, namun 2018 Â menurun 14%, menjadi 12.14 juta orang.
1. Nilai jual wisata Danau Toba pastilah terletak atas Heritage of Toba yakni pembentukan sejarah Danau Toba beserta Pulau Samosir. Ketika berhadap-hadapan langsung di hamparan Danau Toba, kita --seolah- diajak merasakan getaran letusan gunung berapi, yang terjadi 800.00, 500.00 dan 74.000ribu tahun silam. Aktivitasnya memuntahkan lebih dari 1000 KM3 material letusan, dengan ketinggian letusan 50 KM. Hebatnya, semesta mampu melukiskan letusan itu menjadi sebuah Danau, mengurung Pulau Samosir sekira 63ribu hektare, dengan paket kekayaan, keindahan alam serta kebudayaan yang kental.
4. Berlanjut mengunjungi wisata sejarah! Menikmati pertunjukan Sigale-gale, budaya Tomok, dan berkeliling ke Museum Huta Balon, berziarah ke makan Raja Sidabutar, dan menikmati keunikan batu persidangan. Jika hasrat berbelanja bergelora, bisalah Ulos yang dijaja di Desa Lumban Suhi-suhi diborong semua. Sediakan waktu juga menikmati pesona alam air terjun Binaga Balon dan Situmurun Binangalom, beserta Goa Malakkap, serta bermandi ria di pemandian air panasnya, yang melengkapi keseruan berwisata.
Danau Toba, model Waterfront City yang ideal?
Eh pernah menyaksikan pasar terapung di Banjarmasin? Sederhana, konsep Waterfront City-nya, hanya menyipta jalur transportasi modern, dan menjadikannya magnet wisatanya. Nilai brandingnya hanya membiarkan kearifan lokal masyarakat menjalankan rutunitas perdagangan tradisionalnya dengan wajar, di sungai Barito secara natural.
Nah, dalam konteks industri parawisata, istilah waterfront city sudah lama mendunia. Dimana secara definisi istilahnya berarti bagian kota yang berbatasan dengan air, dan memaksimalkan potensi perairannya itu lewat pembangunan kontak visual, dan pembangunan fisiknya ke arah perairan. Â