Mohon tunggu...
Alfian Arbi
Alfian Arbi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aquaqulture Engineer

Aquaqulture Engineer I Narablog

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jika Saya Capresnya, Sembako Satu Harga Menjadi Prioritas

28 Maret 2018   21:49 Diperbarui: 29 Maret 2018   16:36 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana Yang Harus Dilakukan!

Nah disinilah diperlukan seni mendistribusikan kebutuhan pokok dari daerah yang surplus, ke daerah yang minus sebagai produsen bahan pokok, lewat berbagai sistem kebijakan program Pemerintah. Terutama Kementrian Perdagangan, sehingga keadilan, dalam mewujudkan kesetabilan harga bahan pokok bisa terwujud.

Nah, belakangan kenikmatan harga BBM satu harga masih hangat dirasakan pada masyarakat pedalaman dan di desa-desa. Bisa-bisa saja kita lantas membayangkan, apa bisa ya, sembako satu harga terwujud juga di seluruh wilayah Indonesia?

Meskipun Pemerintah telah menelurkan regulasi Harga Eceran Tertinggi (HET) atas beras, gula pasir, minyak goreng, dan daging sapi beku. Semenjak 2017, regulasi ini katanya sukses menstabilkan harga barang tersebut, seperti gula pasir yang berada di kisaran Rp 12.500/kg, minyak goreng Rp 11.000/ liter, dan daging beku Rp 80.000/kg. Apakah Puas? Dan Berlaku di daerah pedalaman?

Jika bertanya kepada saya, tentu belum! Namun jika saja sembako satu harga dapat terwujud tentu keadilan akan semakin dirasakan bukan hanya masyarakat perkotaan. Meskipun, mewujudkannya juga tidak mudah, perlu proses dan kerjasama lintas sektor kementrian macam pertanian, perikanan, pekerjaan umum, sosial, untuk menemani sistem distribusi kebutuhan pokok dari hulu hingga hilirnya.

Coretan saya ini, ingin menceritakan setidaknya ada tiga langkah yang harus Pemerintah perhatikan dalam mewujudkan Sembako satu harga ini, yakni kepastian akan Quantity, Quality dan Kontinuitasdari bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat. Nah, kita iris tipis-tipis hal itu yuk!

  • Quantity/Pasokan  

Ingat tidak, di Tahun 1980-an dan 2008-2009 indonesia bisa berswasembada beras. Namun kok beberapa tahun terakhir Pemerintah malah perlu mengimpor pasokan beras dalam menjaga stabilitas harga beras. Bulog yang diberi peran dalam menjaga stok pangan terutama beras, biasanya menjaga cadangan beras antara 1.5 ton sampai 2 ton membeli beras dari penghasil domestik dan eksportir asing.

3. Proyeksi Produksi, Konsumsi Dan Neraca Beras Nasional Yang Ingin Dicapai (2015-2019) I katadata.co.id
3. Proyeksi Produksi, Konsumsi Dan Neraca Beras Nasional Yang Ingin Dicapai (2015-2019) I katadata.co.id
Sampai disini, timbul pertentangan dari hal swasembada dan mengimpor kebutuhan pokok tadi. Padahal lahan pertanian kita melimpah? Sampai disni, saya mau batasi pada konteks bagaimana menjaga ketahanan pangan, dalam rangka menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok semata. Karena pasti akan melebar jika menjelaskan teknis pertanian secara khusus.

Dan Pemerintah juga telah  me-list kebutuhan pokok apa saja yang paling penting untuk diupayakan. Jika selama ini beras, minyak goreng, daging sapi, teh, gula dan garam.  Kedepan, harus ada penambahan jenis kebutuhan pokok yang bisa dimanja kepada masyarakat dan hal tersebut harus didapat dari apa yang memang masyarakat butuhkan saat ini.

Cara pertamanya memastikan pasokan kebutuhan barang pokok yang telah ditetapkan tersebut, yakni dengan cara menggenjot produksi pertanian dalam negeri, terutama produksi beras, tebu, garam dan produk pertanian lainnya. Swasembada padi misalnya, yang pernah tercapai bisa menjadi penyemangat mewujudkannya dengan mendorong inovasi tehnologi dan menyediakan pupuk bersubsisdi, dan berusaha mengurangi konsumsi beras masyarakat melalu kampanye makanan pengganti beras. Bisa mengganti beras dengan gandum kek, ubi, jagung atau singkong kepada masyarakat.

4. Stok Ketahanan Beras Bulog 2008-2018, Yang Mencapai 1 Juta Ton I katadata.co.id
4. Stok Ketahanan Beras Bulog 2008-2018, Yang Mencapai 1 Juta Ton I katadata.co.id
Upaya lain tentu, Pemerintah bisa memberikan anggaran lebih yang diambil dari subsidi bahan bakar, dalam pembangunan infrastruktur pertanian/ peternakan dan perkebunan seperti irigasi, benih, pupuk dan mesin pertanian pada daerah yang menjadi lumbung pangan. Dan tentu juga kesiapan SDM sarjana pertanian/peternakan/perikanan untuk terjun di bidangnya, yang kini cenderung bekerja ke bidang yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun