Mohon tunggu...
Muhammad Satria
Muhammad Satria Mohon Tunggu... Penulis - Menambah Pengalaman dengan Menulis

Saya menulis apa saja yang saya harap bisa berguna.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku "Brunei Mengaji" Karya Sultan Saiful

6 Juli 2019   20:21 Diperbarui: 6 Juli 2019   20:28 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo credit: amazon.com

Program-program yang dimiliki oleh yayasan Saiful ialah pendidikan dan pelatihan terkait tanaman organik, kualitas produk yang sehat, pengemasan yang menarik, pasar lokal, dan pengelolaan yang baik agar mereka mampu untuk menjadi pengusaha mandiri.

Masih seputar kehidupan pertanian, pada mozaik keempat Saiful berkisah tentang potensi bisnis pada bidang tersebut di Brunei. Pemandangan akan hamparan luas yang dilihatnya saat ia melakukan perjalanan dari Kota Bersurat menuju Kuala Belait dan Tutong menjadi pemicu munculnya ide untuk memperkirakan keuntungan yang dihasilkan dari bisnis pertanian tersebut. 

Dengan mempertimbangkan luas sawah di Brunei, banyak beras yang bisa dihasilkan per panen, serta kebutuhan beras penduduk Brunei, Saiful memperkirakan bahwa Brunei mampu mendapat keuntungan sebanyak 3.600 dolar AS per empat bulan (sekali panen). Tak lupa ia juga memberikan cara-cara yang harus dilakukan agar sawah-sawah tersebut berkualitas baik.

Kisah cinta juga ada dalam buku ini, entah itu cinta sebagai sahabat atau lebih dari itu. Intinya, pada mozaik kelima ini, Saiful berkisah tentang perjalanannya dari Jakarta ke Kuala Belait untuk menemui seorang teman virtual yang sudah lama berkomunikasi dengannya. 

Di pesawat, ia sempat bercengkerama dengan seorang ibu dari Bandung. Ia sempat ingin membantu ketika ibu tersebut mengalami kendala verifikasi, namun dicegah oleh petugas bandara. Setelah mengurus berbagai berkas di bandara, ia akhirnya bertemu teman virtualnya. 

Keesokan harinya ia diajak untuk mengunjungi beberapa tempat di Brunei. Dalam buku ini ia menggambarkan seperti apa jalanan-jalanan Brunei yang penuh dengan tulisan-tulisan Arab, pertokoan, serta halte bis yang bersih. 

Ia menuturkan bahwa sebenarnya ia berkunjung ke Brunei untuk menikahi teman virtualnya itu, namun mereka sepakat untuk menundanya sementara karena suatu hal yang belum jelas. Beberapa bulan kemudian teman virtualnya itu juga memberitahukan bahwa ia bersekolah di London. Meskipun begitu, persahabatan mereka tetap abadi.

Usaha Saiful untuk menyejahterakan para petani perempuan berhasil. Kisah ini diceritakannya pada mozaik keenam. Pada saat itu ia baru saja menetapkan stock office di Jawa Tengah, tepatnya Tlatar, Boyolali, dengan menyewa sebuah gudang dan membeli komoditi dari petani sekitar. 

Sempat ada kendala antara Saiful dengan ibu-ibu petani calon pekerja di gudang tersebut. Saiful dan timnya menawarkan upah mingguan, tetapi ibu-ibu petani tersebut meminta upah harian. Mereka sempat menolak untuk bekerja dan hal itu akan berdampak kerugian pada perusahaannya. 

Namun Saiful tidak putus asa. Ia mencoba untuk tawar menawar dengan seorang ibu, Nur namanya, yang tinggal dekat gudang itu. Adapun tawaran tersebut ialah ibu Nur tetap menjadi pekerja kontrak, namun diberikan dua fasilitas. 

Pertama, ia diberikan telepon genggam untuk menelepon Saiful dan memfoto produk yang nantinya akan dikontrol oleh tim dari Jakarta. Kedua, ia diberikan pinjaman terbatas untuk hal-hal urgent, seperti untuk membayar sekolah, biaya pengobatan, atau membeli obat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun