Mohon tunggu...
Satria
Satria Mohon Tunggu... Freelancer - Lovable

Introvert yang lebertarian. Kadang juga jadi ekstrovert karena libertarian. Perihal berubah, adalah sandiwara.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tabiat Buruk Menentang Kemajuan

12 Januari 2020   13:27 Diperbarui: 12 Januari 2020   15:03 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini kita adalah orang-orang yang beruntung. Baik yang hidupnya sudah mapan dalam berbagai kemewahan ataupun yang ekonominya lemah, maupun juga yang "senang" mengaku berekonomi lemah (demi bantuan sosial), setidaknya patut berbahagia.

Kita adalah para pemenang. Walakin, sering kali kita tidak menyadari hal itu. Itulah manusia, sebagai keturunan mahkluk egois yang penasaran akan rasa buah khuldi. Atau dalam konteks lain pun juga sama. Sejarah panjang umat manusia adalah sejarah penuh keegoisan.

Sebut saja upaya-upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan fisiologisnya, harus ada kehidupan lain yang dikorbankan. Penebangan pohon, perburuan liar, bahkan kanibalisme pun turut mewarnai peristiwa-peristiwa yang dilatar belakangi oleh sifat egois manusia.

Belum lagi sejarah tentang peperangan. Hampir setiap dekade dalam sejarah, peristiwa peperangan seperti tidak pernah absen pada suatu tempat di belahan bumi ini.

Bahkan di era kontemporer, perang dingin antar negara, atau antar wilayah masih terus ramai dibicarakan, baik di lini masa media-media, atau pun di warung-warung kopi terdekat (yang banyak asap kreteknya).

Semua itu tidak lain ialah soal sejarah keegoisan spesies manusia. Sebagai suatu upaya untuk tetap hidup dan berkuasa dalam skala-skala tertentu.

Mari kita masuk pada ranah yang lebih kecil. Misalkan dalam hal kebersihan. Suatu tempat yang bersih ternyata juga bisa dikatakan adalah upaya pemenuhan ego. Yakni ego untuk hidup bersih dan nyaman. Bahkan terdengar mencurigakan jika dalam suatu kehidupan ditemukan sifat altruisme (kecuali terdapat hubungan darah yang masih kental).

Sebab perilaku altruisme sangat bertentangan dengan ide evolusi sebagai "Pertarungan untuk hidup." Soal ego akan lingkungan yang bersih, Itu sah-sah saja sebenarnya, bahkan boleh dikata adalah hak setiap individu.

Tetapi bagaimana dengan sampahnya? Apakah hari ini setiap orang telah tertib dalam aturan pembuangan sampah? Saya  katakan tidak! Padahal tujuannya untuk pemenuhan hak lingkungan hidup yang bersih dan layak secara universal.  

Seorang lelaki yang bermukim di sekitaran tempat pembuangan sampah, TPA  Kawatuna, Kota Palu, pernah berbincang-bincang sedikit mengenai hal ini pada saya dan dua orang teman lainnya sewaktu membuang sampah di sana.

Menurutnya, masih banyak orang yang tidak mengikuti aturan waktu pembuangan sampah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Palu. Padahal aturan itu dibuat untuk kebaikan bersama. Miris!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun