Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki di Ujung Penantian

16 Mei 2015   05:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiba di pelataran hotel, lelaki itu membukakan pintunya sambil berucap "Oya Tias nanti aku kenalkan pada tiga temanku dari Jakarta, mereka ingin kenalan sekalian ikut merayakan ulangtahunmu, tidak keberatan kan?", sesaat Tias berdiri tertegun lelaki itu berdiri begitu dekat Ia menatap selintas "Tentu boleh mas, kan jadi meriah" ujarnya sembari tangannya sibuk merapikan baju.

Hidangan dan minuman ringan nenemani obrolan, candangan dan sanjungan menghanjutkan hatinya. Siang jelang sore minuman mulai berganti, satu-dua tegukan merenyahkan suasana hatinya semakin lepas dan melenakannya, senja pun tiba,

"Coba ini sayang akan menambah kecerian kita berdua" rayu Lelaki itu yang duduk mepet, tangannya menyodorkan sebutir pil warna pink dengan tatapan yang mendebarkan. Sesaat Tias mulai merasakan sensasi nikmat menjalar pelan di sekujur tubuhnya serasa sukmanya melayang-layang, langkah pun ringan, pandangan mulai samar-samar. Saat dibimbing menuju suatu kamar besar, Tis menurut dan ketika baju satu persatu terlepas pun tak kuasa Ia tolak, bisikan kasih sayangp melenakkan lalu menyentak, merintih, menggelinjang, meleguh panjang, Tias tertidur di atas dada bidang lelaki itu.

Ketika terbangun, badanya terasa lungkrah dan terkejut lelaki itu disampingnya menatap tajam, seketika padangannya alihkan ke badanya hanya tertutup seprei, teriak merintih "Mas tega sekali kamu!, tega... antar aku pulang sekarang!" tangannya sibuk mencari baju yang tercecer, lelaki itu mendekap kencang tubuhnya, Ia berontak lemah, "Tenang Tiasku sayang...pasti jangan kuatir... ini lihat mas sudah membawa cincin pertunangan kita" bisikan rayuan membuat sedikit tenang. "Say...badanmu lemah, masih pusing, lungkrah?" Tiasa hanya mengangguk "Mas punya obatnya ini, minum dulu ya istirahat sejenak pasti pusingnya hilang, tunggu sebentar say...mas mau mandi" bagai kerbau dicocok hidungnya obat di tenggak, lantas bergegas memakai baju, namun sesaat kemudian terduduk, merasakan sensasi nikmat mulai menjalar di sekujur tubuhnya, wajahnya memerah, nafas pun mulai cepat, gejolak libido tak kuasa dibendung,.

Samar-samar merasakan mereka saling silih berganti menindih dan kamera hp menyorot sekujur tubuhnya, gelinjang, leguhan tak kuasa Ia tolak. Sesaat istirahat diberi minuman, gairahpun memuncak kembali. Ia tak malu-malu lagi melakukan berbagai adegan, entah sampai berapa kali dan hari, Ia lupa segalanya.

....................

Ditengah malam, di ujung Barat jembatan sungai Klawing, terlihat kerumunan menarik seseorang yang lewat. Dia terkejut melihat perempuan berdiri mematung, rambut, baju kusut masai, mata menatap kosong., ternyata anak saudaranya yang selama tujuh hari sedang dicari. Tak banyak tanya lantas diantar pulang

Pertanyaan, keheranan, penyesalan bapak, ibunya terlondar, Tias tetap berdiri mematung, namun ketika bentakan terlontar seketika dua tangannya memukul-mukul kepala, teriak-teriak tak jelas, membuka baju. satu-dua hari tak ada perubahan, keluarga memutuskan 'sakit jiwa' kena gendam/hipnotis jahat namun entah siapa pelakunya? Walau Hp, tas dan perhiasaan melayang, keluarga malu melapor ke pihak berwajib apalagi sampai terekspos di media kondisi anaknya

Berbagai pengobatan alternative mereka datangi, namun tak membawa perubahan. Tias di kurung dalam kamar, hampir dua tahun tak terlihat. Namun kini, Tias selalu terlihat berdiri dari balik pintu pagar rumahnya, menanti lelaki di ujung penantian, entah siapa dan sampai kapan? Wallahu'alam .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun