Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Antara Bocor VS Revolusi Mental

19 Juli 2014   21:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:52 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketak ketik asal ketik sembari menanti jelang sore hari, berkah nguping kisah 'klasik' selagi berinteraksi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya penanaman jahe media polybag selama hampir tujuh bulan berjalan. Bermula dari satu kegiatan disalah satu desa dan karena 'getok tular' beranak pinak jadi empat kelompok tani yang menyebar diberbagai desa lingkup kabupaten Banyumas.

Didalamnya saya tidak terlibat secara langsung, hanya suporter yang kebetulan hobi tanam menanam berbagai jenis tanaman. Namun disini bukan itu kisahnya, yakni tentang kisah 'klasik' aliran dana-dana bantuan yang mereka terima secara ringkas dan dengan sengaja tidak memenuhi unsur 5W1H (Who, What, Where, When, Why, and How), supaya nyaman nulisnya sebab akhir kisah ini maaf 'bau kentut'

Menurut alkisah dari sumber yang sahih dalam menjaring modal/dananya, mereka berkisah dengan dua cara:

Pertama para tokoh memandegani lingkungannya proaktif, membentuk dan membina  berbagai kelompok kegiatan seperti Bank sampah, pelihara kambing, bebek, ikan lele dan kegiatan lainnya. Sebagai tokoh masyarakat tentu punya 'kuping dan link' lalu mengajukan proposal pada salah satu pihak, baik itu ke pemerintah (PNPM), perguruan tinggi atau perusahaan negeri/swasta dan besaran dananya antara 5 - 50 juta rupiah tergantung kegiatanya.

Kedua, si tokoh masyarakat berinisiatif menyediakan modal awal dan sarana prasarana kegiatan sebatas lingkungan tinggalnya dan atau ajak warga dalam satu lingkup RW/RT gotongroyong iuran modal awal kegiatan, lalu membentuk suatu kelompok kegiatan bersama, bila sudah jalan ajukan proposal modal tambahan ke pihak tersebut di atas.

Tentu semua itu harus ada  kesadaran tokoh masyarakat dan warga/pemuda sekitarnya yang mau meluangkan waktu, pikiran, dana dan tenaga secara aktif didalamnya dan melaporkan ke Desa tempat domisili kegiatan. Menarik memang kegiatan pemberdayaan masyarakat sebab disitulah letak sejatinya gotong royong! Dan Alhamdulillah berjalan.

Namun sayang ber-ibu-ibu sayang, dalam prakteknya masih ada kisah mental 'klasik' yakni suka 'nyunat' bantuan. Mulai dari pihak pertama si pemberi modal, pihak kedua si pihak mengetahui sampai ke pihak penerima, si kelompok.

Seperti ini kisah lengkapnya yang masuk kuping saya, kelompok A saat menerima dari pihak pertama dana bantuan 50 juta disunat 5 juta dari salah satu instusi negeri oleh pihak pemberi dengan dalih 'bla..blaa', lalu disunat lagi 5 juta oleh pihak mengetahui yakni Desa tempat keberadaan kelompok itu dengan dalih 'bla..blaa', tentu semua itu tanpa tanda bukti! Maka dana yang diterima kelompok tinggal 40 juta, sedang dalam catatan tetap menerima 50 juta. Minus 10 juta akan ditutup oleh bendahara kelompok dengan cara buat laporan 'aspal' asli ada pengeluran namun tidak ada kegiatannya atau ada kegiatan ya.. di mark up supaya sesuai dengan dana yang terima, terserah caranya yang penting ada laporan pertanggungjawabanya, pun pihak kelompok ada pula yang 'nakal' ikut-ikut mark up, sstt... hanya diketahui ketua kelompok dan bendahara seperti pembelian bibit, pupuk kandang dan polybag. 'Bla..blaa' itu maksudnya bila tidak 'iklas' memberi kedepan akan dipersulit atau dialihkan ke pihak lain yang nurut, gubraaak!

Jadi kisah 'klasik' tak salah bila disebut bocor...bocooor, apalagi kedepan setiap Desa akan menerima dana 1 milyar lebih, bayangkan sendiri lah....

Namun bagi Pemimpin yang tahu permasalahan dilapangan akan memberi solusi apalagi kalau bukan Revolusi mental! Sebab 'bau kentut' sulit ditindak secara hukum. Tinggal keberanian pemimpin tanpa kepentingan bertindak memperbaiki mental-mental aparat, pejabat dan wakil-wakil rakyatnya, siapa Dia? tunggu tanggal 22 Juli 2014. halaah... ngelantur, pareng....

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun