Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... ASN; Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Penyuluh Antikorupsi; Negarawaran

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Sampai Kebiasaan Berbelanja Membuat Lalai

9 Februari 2025   15:07 Diperbarui: 9 Februari 2025   15:07 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ramadhan tinggal menghitung hari. Banyak umat muslim yang telah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan bulan yang mulia ini. Mulai dari persiapan fisik, mental dan finansial. Fisik perlu dipersiapkan agar setiap muslim kuat menahan lapas dan haus selama berpuasa, sedangkan mental perlu dipersiapkan agar setiap muslim kuat menahan hawa nafsu selama berpuasa dan mengarahkan pikiran hanya tertuju pada hal-hal yang positif. Lantas untuk apa persiapan finansial dilakukan?

Urgensi persiapan finansial bagi umat islam yang menjalankan ibadah puasa sangat berkaitan dengan anjuran untuk banyak berbagi kepada fakir miskin. Pahala berkali-kali lipat yang Allah SWT janjikan, memotivasi umat muslim untuk lebih banyak berbagi di bulan Ramadhan ketimbang di bulan-bulan lainnya. Akan tetapi-pada praktiknya-tidak sedikit umat muslim yang juga mengeluarkan uang lebih banyak untuk keperluan lain.

Dalam konteks konsumsi pribadi dan terlepas dari pengeluaran sosial, momen ibadah puasa seharusnya dapat memberi efek penghematan dalam pengeluaran rumah tangga karena aktivitas makan dan minum para pelaksananya berkurang. Sayangnya, sebagian besar masyarakat justru mengalami hal sebaliknya. Kebiasaan berbelanja 'takjil', biaya perjalanan pulang kampung dan berbagai kebutuhan hari raya Idul Fitri membuat pengeluaran rumah tangga justru membengkak. Kebiasaan berbelanja itu pun didukung dengan pemberian Tunjangan Hari Raya dari pemerintah ataupun pemilik korporasi. 

Apakah kebiasaan berbelanja itu tetap bertahan di tengah kondisi perekonomian saat ini?

Pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah mungkin akan berdampak pada kebiasaan berbelanja di bulan Ramadhan dan hari raya. Meskipun rendahnya tingkat inflasi di awal 2025 bisa saja tidak menimbulkan kenaikan harga yang signifikan, namun daya beli masyarakat diduga belum mampu didongkrak.

Terlepas dari kondisi perekonomian tersebut, masyarakat-khususnya umat muslim-seharusnya memang lebih bijak dalam membelanjakan hartanya. Keperluan-keperluan pribadi seharusnya dapat ditekan selama berpuasa dan berhari raya. Jangan sampai, momen berpuasa dan berhari raya justru melalaikan umat muslim dari anjuran untuk tidak bermegah-megahan dalam berbagai situasi. Momen Ramadhan seyogyanya membuat umat muslim lebih peka dengan kondisi rakyat Indonesia yang mengalami kesulitan ekonomi dan mengalihkan kebiasaan berbelanjanya untuk membantu mereka yang lebih membutuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun