Mohon tunggu...
Sasty Legina
Sasty Legina Mohon Tunggu... Mahasiswa - enjoy life

Medical Lab'20

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Takdir

20 Februari 2020   20:55 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkenalkan namaku Sashi Luvina Dafinah atau sering dipanggil Sashi. Saat ini aku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas tingkat akhir. Bersekolah di salah satu SMA favorit di daerah rumahku. Di sekolahku hanya terdapat 2 jurusan yaitu MIPA dan IPS, dan aku memilih jurusan MIPA. Sebenarnya aku memilih jurusan MIPA ini karena jurusan untuk kuliah ku nanti adalah pelajaran peminatan yang hanya ada di MIPA, yaitu Biologi. Di SMA ini pergaulan ku semakin luas dibanding saat SMP dan di SMA juga aku sering merasa stress oleh tugas yang tidak ada habisnya. Hari ini aku akan menceritakan masa suramku saat di SMA ini khususnya di kelas 10 dan 11.

Cerita ini berawal setelah Masa Pengenalan Sekolah telah selesai. Saat itu kami dikumpulkan di lapangan untuk mendengarkan pengumuman yang akan diberikan oleh sekolah mengenai siapa yang masuk MIPA dan siapa yang masuk IPS. Penentuan jurusan ini adalah hasil dari test psikotes yang telah kami lakukan sebelum Masa Pengenalan Sekolah. Dimulai dari kelas MIPA, satu persatu nama siswa dan asal sekolahnya dipanggil oleh dua orang guru secara bergantian. Ketika salah satu guru menyebutkan " kelas 10 MIPA 1", aku merasa deg degan dan berdoa semoga aku masuk kelas tersebut. Para siswa yang dipanggil dipisahkan di ujung lapangan agar tidak menyatu dengan siswa yang belum dipanggil namanya. Aku menunggu namaku dipanggil tapi kok dua orang guru itu tidak juga memanggil namaku, pupus sudah harapanku untuk berada di kelas tersebut. Namun aku memiliki keyakinan pasti aku akan masuk kelas MIPA. Ku perhatikan setiap nama dan asal sekolah siswa yang dipanggil dan ternyata nama dan asal sekolah ku disebut. Rasanya bahagia sekali dan rasanya masih tidak percaya bahwa aku masuk kelas MIPA. akhirnya aku pun berjalan ke ujung lapangan untuk berbaris sesuai dengan kelas yaitu kelas 10 MIPA 2. Singkat cerita, pembagian kelas sudah selesai. Beberapa teman SMP ku juga ada yang masuk MIPA dan IPS, tapi teman dekat saat di SMP tidak ada yang satu kelas denganku. Disitu aku merasa sedih dan membayangkan bahwa aku tidak akan mempunyai teman sebangku. "tapi ya sudahlah tidak apa-apa nanti juga bakal punya teman, masa tiga tahun di SMA tidak punya teman" sebuah kalimat penenang yang ku ucapkan pada diri sendiri. Kemudian salah satu kakak kelas yang memakai jas  berwarna biru tua dengan bertuliskan BAKEOSCIEPAL dibelakang jasnya menyuruh kami untuk masuk kelas sementara.

Saat memasuki kelas aku merasa kebingungan harus duduk bersama siapa karena tidak ada satu pun siswa yang aku kenal. Tiba-tiba ada seorang siswi berbicara padaku dan menyuruhkun duduk di kursi yang kosong disebelahnya, dengan ragu-ragu aku pun duduk sambil mengucapkan terima kasih. Setelah itu, aku menengok ke kanan dan ke kiri sambil berusaha mengingat wajah teman sekelasku ini. Betapa terkejutnya ketika aku melihat ada seorang siswi yang memakai seragam SMP sepertiku. SMP ku adalah sekolah swasta yang cukup terkenal di daerahku. selain karena prestasinya yang sama dengan SMP favorit di daerahku, warna seragamnya pun berbeda. Baju seragam berwarna putih, rok berwarna mencolok yaitu biru benhur dan model rok lipit dua.  Hal itu lah yang memudahkan ku untuk mengenal siswi yang duduk dekat jendela. Ingin rasanya aku menyapa dan mengajaknya berbicara namun aku malu dan sepertinya dia tidak kenal denganku. Maklum saja saat di smp, aku bukan siswi yang terkenal akan prestasinya atau kenakalannya. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk menyapanya. Tiba-tiba seperti ada yang mencolekku dari belakang,ternyata seorang laki-laki berkacamata dengan rambutnya yang ikal. Lalu iya bertanya " Dari krida ya?". "iya" jawabku. "Kenal Asty gak?" tanyanya. "kenal, kenapa gitu?" jawabku. Lalu dia menjawab "tidak, hanya bertanya saja". Lalu perempuan yang duduk bersamaku mengenalkan namanya "Kenalin namaku Rani". "Sashi" jawabku. Lalu Rani membalikkan badannya untuk berkenalan dengan laki-laki yang duduk dibelakang kami, aku pun melakukan hal yang sama. Setelah berkenalan, aku mengetahui nama kedua laki-laki yang duduk dibelakang kami. Ramdi, laki-laki yang bertanya kepadaku. Widan, laki-laki bermata sipit,berkulit eksotik dan potongan rambut yang rapih. Kami pun asik berbincang-bincang sambil menunggu wali kelas datang. Tak lama salah satu kakak osis  yang tadi mengantarkan kami datang dan bertanya "Hey kalian wali kelasnya siapa", lalu salah satu dari kami menjawab "Bu Rima". Ekspresi kedua kakak osis tadi pun berubah menjadi ekspresi yang tidak bisa kami baca, lalu mereka memberi tahu bagaimana karakter dari bu Rima ini. Bu Rima ini memiliki karakter yang sangat disiplin, disegani oleh beberapa guru, dan sangat memperhatikan sekali kebersihan. Beliau pun lebih banyak mengajar kelas 12 dibanding kelas 10 dan 11. Tiba-tiba datang kakak osis yang memakai topi, berkulit kuning langsat, dan lesung pipi diwajahnya. Dia menghampiri kakak osis yang tadi mengobrol dengan kami, lalu membisikan sesuatu kepadanya. "Adik-adik semua karena bu Rimanya sedang sibuk jadi untuk pembentuk pengurus kelas dilakukan sama kakak aja ya".  "Iya kakak" jawab kami serentak. Singkat cerita hari ini hanya membentuk pengurus kelas, saling berkenalan dengan teman yang lain, dan pembagian jadwal pelajaran.

Keesokan harinya, aku datang lebih pagi sambil mengendong tas biru. Dengan nafas yang tersengal-sengal aku sampai di ruangan lab kimia. Jadwal pertama adalah pelajaran kimia yang bertempat di lab kimia, ternyata guru yang mengajar adalah walikelas kami sendiri. Sesampai di lab kimia aku duduk didepan lab karena lab masih terkunci. Sambil menunggu pintu lab dibuka, ku keluarkan handphone dari tas untuk membalas chat dari teman SMP ku. Tak lama penjaga sekolah datang sambil membawa kunci yang banyak, aku pun mengucapkan terima kasih sambil memberikan senyuman. Aku pun masuk ke dalam lab  dan duduk disalah satu bangku, tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang. Karena belum ada tugas dan pembelajaran, aku hanya sibuk bermain handphone. Satu persatu teman-temanku datang dan menempati kursi yang masih kosong. Tiba-tiba terdengar suara kursi yang ditarik, aku pun refleks melihatnya dan "hai boleh aku duduk disini?" tanyanya. Aku pun hanya menganggukan kepala sambil tersenyum. Dia mengenalkan dirinya kepadaku, namanya reni. Setelah itu, kami berbincang-bincang sambil menunggu bel masuk. Bel masuk pun terdengar dan tak lama seorang guru datang memakai baju dan kerudung dengan warna yang sama sambil membawa tas dan map. Wali kelas pun menjelaskan bagaimana kegiatan belajar mengajar nanti. Tak lama bel pergantian jam berbunyi, kami pun keluar dari lab. Reni mengajak ku untuk ke koperasi, lalu aku mengiyakan ajakannya. Ketika aku keluar dengan dia, teman-teman reni telah menunggu. Reni pun mengenalkan aku kepada teman-temannya, begitupun sebaliknya. Alfia,Manda,Narina,Serin,Syafrina dan Rani adalah teman-teman dari Reni. Manda pun mengajak ke koperasi dan akhirnya kami pergi kesana. Setelah dari koperasi kami mencari tempat untuk bersantai sambil menunggu jam berikutnya. Kami memutuskan untuk duduk di bawah pohon rindang di depan kantor, saling bercerita sambil memakan jajanan masing-masing.

Pada awalnya, duduk bersama Reni tidak ada masalah semua berjalan dengan lancar. Kami pun sering mengerjakan tugas bersama-sama, memakan bekal bersama-sama, dan solat pun sering bersama-sama. Namun semakin kesini sikapnya sedikit berubah, dia sering mengajakku ngobrol saat guru sedang menerangkan suatu materi, menawarkan ku cemilan saat guru sedang menulis soal di papan tulis, dan masih banyak lagi hal-hal yang berubah darinya. Contohnya ketika jam istirahat aku mengajaknya untuk makan bekal bersama "reni, ayo kita makan" ajakku. "Gak ah sas, aku mau jajan aja sama temen temen" tolaknya. Setelah itu, Reni pergi bersama teman-temannya ke kantin. Disitu aku merasa bingung kenapa reni menolak ajakkanku dan lebih memilih membeli cemilan bersama teman temannya itu. "Tapi ya sudahlah mungkin dia sedang ingin membeli cemilan" gumamku dalam hati. Aku mencoba berpikir positif tentang perubahan Reni, dan akhirnya aku menghabiskan bekal sendirian. Beberapa menit kemudian Reni datang bersama teman-temannya sambil tertawa terbahak-bahak. Alfia, manda, narina, serin,syafrina dan Rani langsung duduk disekitar meja manda dan narina, sedangkan Reni menghampiriku. Ku kira reni akan memakan cemilan atau bekalnya bersamaku tetapi reni malah membawa bekal makanan dan cemilannya lalu bergabung dengan teman-temannya itu. Saat itu aku merasa sedih, muncul berbagai pertanyaan di pikiranku "kenapa reni gak mau makan bersamaku? Apakah aku jorok? Ku rasa tidak, kenapa reni tidak mengajak ku bergabung dengan teman-temannya? Dan kenapa teman-temannya pun tidak mengajakku untuk bergabung?". "Ah sudahlah terserah dia saja" gumamku. Untuk sedikit menghilangkan rasa sedih, ku ambil handphone dan earphone didalam tasku. Memilih salah satu lagu untuk aku dengarkan, pilihanku jatuh pada lagu Imagination dari Shawn Mendes. ku gunakan volume yang lumayan tinggi, menyilangkan kedua tanganku dan disimpan diatas meja sebagai tumpuan untuk aku tidur.

Tidurku terusik ketika suara tendangan kursi dan teriakkan beberapa siswa bahwa pak Ramli, guru pelajaran matematika wajib akan datang. Aku pun bangun, mengucek-ngucek mata, memakai kembali kacamata, mematikan lagu dan melepas earphone. Dan ternyata benar pak Ramli datang dengan kemeja berwarna biru, celana hitam, sepatu hitam, beberapa buku yang ia pegang dan tak lupa kacamata yang selalu ia pakai. Ku lihat reni sudah duduk disampingku, sambil berdiam diri. Biasanya setiap pak Ramli mengajar dikelasku, rani selalu  memuji pak Ramli baik pakaiannya,gaya rambutnya sampai matanya yang sipit seperti artis korea yang tentunya rani sampaikan kepadaku. Tapi pada saat ini, ia hanya diam dan mengambil buku serta alat tulis ditasnya.

Kegiatan belajar mengajar pun dimulai, hari ini pak Ramli menjelaskan materi mengenai Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel. "Materi ini sering muncul di Penilaian Tengah Semester atau Penilaian Akhir Semester jadi perhatikan ya" ucap pak Ramli. Saat mendengar ucapan pak Ramli, aku buru buru menyiapkan buku dan alat tulis lalu memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan. Setelah papan tulis penuh dengan angka dan grafik, pak Ramli pun menjeda penjelasan materinya dan memberikan kami kesempatan untuk menulis. Selama menulis, kelas sangat hening hanya terdengar suara dentingan jam. Kami sibuk menulis dan pak Ramli yang sibuk membaca buku paket. Setelah selesai menulis, pak Ramli kembali menjelaskan materi yang belum selesai dan giliran kami yang memperhatikan. Di tengah-tengah penjelasan materi, aku merasa mengantuk dan rasanya ingin tidur saja apalagi jam menunjukkan pukul 2 siang. Aku pun memutuskan untuk mengalihkan pandanganku kearah yang lain sambil jaga-jaga takut pak Ramli melihatku. Dan pandanganku terfokus pada Reni yang sibuk mengambar sesuatu di halaman terakhir dibelakang buku, gambar yang dia buat tidak begitu jelas karena terhalang oleh tangannya. Ketika aku sedang asik melihat gambar yang Reni buat, Reni yang merasa diperhatikan menoleh ke arahku sambil cekikikan. "Ren menggambar apa sih?" tanyaku. "pak Ramli kalau sudah tua ya seperti ini" jawabnya sambil menyerahkan hasil gambarnya. Aku pun ikut cekikikan melihat hasil gambar Reni. Lalu Reni melanjutkan mengambarnya, dan ternyata dia mengambar anak kecil yang kata Reni adalah anak dari pak Ramli. Imajinasinya sungguh luar biasa. Tanpa kusadari, pak Ramli telah selesai menjelaskan materi dan memberikan kami kesempatan untuk kembali menulis dengan sisa waktu 10 menit lagi menuju bel pulang berbunyi. Dengan semangat, aku menulis semua materi yang ada dipapan tulis. Ketika kami telah selesai menulis, bel kebahagiaan pun terdengar dengan indahnya. Perlu kalian ketahui  bel istirahat dan bel pulang adalah suara yang indah dan paling yang dinanti oleh sebagian pelajar, dan ketika bel itu terdengar membuat hati kamu bahagia karena terbebas dari materi yang rumit, tugas yang menumpuk, dan penjelasan guru yang membosankan. Setelah membereskan alat tulis dan buku, ketua murid memberikan perintah untuk berdoa sebelum pulang yang diakhiri dengan memberikan salam. Bagai burung lepas dari sangkar, kami pun bergegas pulang tanpa memperdulikan kursi dan meja yang berantakan.

Setelah kejadian Reni menggambar pak Ramli, Reni kembali seperti semula. Dan aku pun sering diajak membeli cemilan dan bergabung bersama teman-teman Reni. Namun setelah berteman dengan teman-teman Reni, aku merasakan banyak perubahan yang kurang baik pada diriku. Seperti mengobrol saat guru menjelaskan materi, makan saat jam pelajaran, jika guru tidak masuk lalu memberikan tugas tapi tidak dikumpulkan aku jarang mengerjakannya, dan ketika ada temanku yang presentasi aku jarang memperhatikannya. Saking akrabnya dengan mereka, aku jarang bergaul dengan teman-teman yang lain dan cenderung cuek. Giliran ada tugas yang belum selesai dikerjakan, aku meminta jawaban pada mereka. Walaupun aku mulai cuek terhadap tugas, pada saat waktunya mengumpulkan tugasku sudah selesai dibandingkan Reni dan teman-temannya itu sering telat ketika mengumpulkan tugas. Kebiasaan kurang baik pun terbawa sampai kelas 11

Di kelas 11 semester satu masih tetap tidak ada perubahan dari kami. Aku yang masih sebangku bersama Reni, Manda dengan Narina, Serin dengan Rani. Untuk Alfia dan Syafrina mereka tidak duduk bersama karena Syafrina memutuskan untuk duduk bersama siswi yang lain. Aku sengaja datang lebih awal untuk menempati satu barisan untuk kami bertujuh. Ketika aku duduk dikursi kedua dari belakang ada yang duduk didepanku tahunya welisna. Aku pun langsung menyapanya, kebetulan aku memang akrab dengannya. "Na tumben duduk sendiri, Tasyi kemana?" tanyaku. "Eh Sashi, aku gak duduk sama tasyi lagi" jawabnya. "Kenapa?" kembali aku bertanya. "Gak nyaman aja, agak susah kalau diajak ngobrol" jawabnya. Tiba-tiba terdengar suara ketawa yang sudah ku kenal siapa lagi kalau bukan Reni dan teman-temannya. "Sashi,kamu dimana" teriaknya tak jauh dari pintu, aku hanya melambaikan tangan dan saat itu juga Manda, Narina, Serin, Rani, dan Alfia berlari kearahku dan langsung memilih teman duduk. Yang beruntung adalah Manda dan Nirina yang duduk dibangku paling belakang. Alfia memutuskan untuk duduk bersama Welisna, dan yang paling tidak beruntung adalah Serin dan Rani yan duduk dibangku paling depan.

Seperti biasa kalau pertama kali masuk sekolah setelah liburan panjang jarang sekali langsung belajar ya contohnya saat ini. Guru yang masuk ke kelas hanya satu orang dari tiga orang guru, itupun hanya memberikan materi yang akan dijelaskan apa dan peraturan saat kegiatan belajar mengajar bersamanya. Hal ini sangat dimanfatkan oleh Reni dan teman-temannya untuk membeli jajanan dan nongkrong. Aku memutuskan untuk memakan bekal yang ku bawa dari rumah, menonton film anime, dan tidur. Ketika istirahat kedua aku dibangunkan oleh Welisna. "Sas bangun, ayo solat dzuhur" ajaknya. "Iya ini juga mau" jawabku sambil masih mengantuk, akhirnya aku pun pergi ke mesjid bersama Welisna dan teman-teman yang lain. Setelah selesai solat, aku pun merapihkan mukena yang telah aku pakai "Sas, Reni sama yang lain pada kemana kok gak solat?" tanya salah satu temanku yang bernama Ainay. "Gak tau nay, tadi sashi tidur" jawabku. Sesampainya dikelas sudah ada Reni dan teman-temannya yang sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak. Welisna dan Ainay hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil mengucapkan istigfar. Aku yang melihatnya biasa saja karena memang setiap hari seperti itu. Aku dan Welisna berjalan menuju tempat duduk untuk menyimpan mukena. "Permisi Alfia, Sashi mau nyimpan mukena" ucapku, tiba-tiba mereka terdiam dan kembali lagi ke tempat duduk masing-masing. "Ada apa sih kok tiba-tiba diam kaya gini?" ucapku dalam hati. Setelah itu aku duduk dikursiku dan membaca materi di buku paket.

Bel masuk setelah istirahat kedua pun berbunyi, beberapa anak pun kesal kenapa bel masuk sudah berbunyi lagi. Tiba-tiba beberapa teman yang diam didepan kelas langsung berlari kedalam kelas dan salah satunya berteriak "Ada guru!!!!!". Semua siswa pun langsung kembali ke tempatnya dan ada juga yang menghapus papan tulis yang penuh dengan gambar-gambar yang tidak jelas. Pak Usep datang sambil membawa selembar kertas. "Kmnya mana?" tanya pak Usep. Wah kalau guru piket sudah bilang seperti itu pasti gurunya tidak akan mengajar dan memberikan tugas. Dugaanku benar, hari ini bu rikeu guru pelajaran Matematika Minat sedang ada keperluan jadi pak Usep selaku guru piket memberikan tugas itu. Setelah pak Usep pergi, Fian selaku ketua murid memfotokan tugas yang diberikan. Setelah ku lihat tugasnya, ternyata mencari rumus yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Lalu ku ambil buku dan alat tulis dari tas lalu mulai mengerjakan. "Sas tugasnya dikerjain ya, nanti aku lihat" kata Reni. Begitupun teman-teman Reni yang lain pun ikut mengiyakan kalimat yan Reni ucapkan. "iya" hanya jawaban singkat yang dilontarkan olehku. "kalau gini terus aku yang rugi. Mereka asik ngobrol aku yang mengerjakan  tugasnya, giliran tugas sudah beres berebut menyalin jawaban" gerutuku dalam hati. Ketika mencari rumus di internet tiba-tiba Reni memanggil Alfia " Al sini aku mau cerita". Teriak Reni. Alfia pun langsung menghampiri dan seperti biasa aku yang mengalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun