Mohon tunggu...
Sasty Jemali
Sasty Jemali Mohon Tunggu... Model - Berselubung Doa Sang Bunda

Young business is cool and women deserve to be successful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doa Ibu

14 Desember 2019   00:11 Diperbarui: 14 Desember 2019   00:09 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam banyak kesibukan seorang ibu bertanya dalam hatinya, "Sampai kapan penderitaan ini akan berakhir?" 

Dia seorang ibu rumah tangga. Suaminya bekerja sebagai sales barang. Anak pertama telah menamatkan studinya di universitas ternama di Yogyakarta. Anak kedua dan ketiga sedang mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama.

Sebelum menikah dia memiliki harapan agar bisa santai mengurus kehidupan rumah tangganya. Dia menikah setelah menamatkan kuliah S1-nya di Jakarta. Namun, kesibukan rumah tangga membuat dia tak bisa bekerja. Hal ini karena sang suami bisa membiayai seluruh kebutuhan keluarga.

 ***

Pada suatu ketika sang ibu dikagetkan oleh sebuah berita. Anak pertamanya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Kejadian itu berawal dari masalah percintaan. Kekasihnya meninggalkan dia tanpa sebab. Karena dibutakan oleh cinta, anaknya meminjam motor sahabat lain dengan alasan mengambil bahan foto copy. 

Dia tak mampu menanggung penderitaan yang ada. Ketika sebuah ekspedisi melaju dari arah yang berlawanan, dia menabrakan diri. Kejadian  itu sangat tragis. Anaknya meninggal di tempat kecelakaan. Seluruh tubuhnya hancur. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tidak mampu mendekat. 

Telepon rumah berbunyi. Nomor polisi terus memanggil. Sang ibu sibuk mengurus makan malam. Saat hendak mengambil piring, tak sengaja tangannya menyentuh gelas di atas meja. Seketika itu juga gelas jatuh dan pecah. 

Telepon terus berdering. Sang ibu meninggalkan kesibukan di dapur dan menyempatkan diri untuk menerima telepon.

Ibu merasa terpukul saat mendengar anaknya di rumah sakit. Dia segera meninggalkan semua pekerjaan demi anaknya. Air mata keibuannya terus mengalir. Dia mulai menghakimi diri sendiri. Sang ibu merasa tak layak menjadi ibu yang melahirkannya.

Penderitaan saat melahirkan anak pertama tidak sebanding dengan peristiwa duka yang menyelubungi semua keluarga. 

Ibu bergegas menuju rumah sakit. Ketika menatap wajah anaknya dia merasa kuat. Hal ini karena wajah putrinya telah hancur. Dalam hati dia sempat melayangkan syukur kepada Tuhan karena dia bukan anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun