Aku mengarungi samudra cinta seorang diri. Aku kering di atas sukacitanya. Apakah ini namanya cinta? Cinta selalu punya hati yang mampu mengimbangi pikiran. Tidak dengan hatinya. Aku selalu tersakiti. Di hadapannya aku sengaja kuat.
Waktu tak pernah bohong tentang rasa. Airmata tak pernah berhenti memberi kesegaran hati. Aku tahu luka yang kurasakan akan memberi kebahagiaan. Setelah sekian lama terkubur dalam luka, aku kini bisa bangkit kembali. Hatiku yang tersakiti telah menemukan titik pijak yang baik.
Berbagai cara kulakukan untuk meramal masa depan. Semuanya sia-sia. Aku lebih percaya pada Tuhan. Apa yang digariskan Tuhan tidak bisa dibatalkan oleh manusia. Percuma jika kakiku kuat mengejarnya namun hatinya bukan untukku. Aku telah mengorbankan satu hati demi mencintai dia. Kini aku sadar semuanya harus dimulai dari awal.
Aku memohon maaf pada malam. Bersamamu aku mengejar cinta yang sia-sia. Malam rela bergulat denganku, mendengar curhatku namun semuanya hilang. Aku tidak menyesal karena tidak mampu mengejarmu terus. Aku tetap setia pada rasa cintaku sendiri. Rasa yang tidak mungkin lagi ada untukmu. Rasa yang tersakiti saat engkau menebarkan sakit untuk keluargaku. Rasa yang selalu menggangguku saat janjimu sebatas ucapan mulut.
Aku berjanji pada malam tuk mengisi kebahagiaan yang jatuh ke hatiku selama ini. Aku sibuk membuang cinta. Namun, ada mereka yang selalu memberi cinta tanpa kusadari hal itu. Aku mau memberi cinta pada hati yang selalu ada untukku.
Pada dia yang pernah mengatakan 'Cinta yang datangnya dari hati akan kembali ke hati,' Aku Cinta Padamu. Wahai kamu penyair cinta ini kujanjikan hati yang tulus mencintai.