Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arogansi Israel terhadap Kedaulatan Palestina

28 Desember 2017   21:21 Diperbarui: 31 Desember 2017   14:07 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih segar dalam ingatan segar kita, pada waktu akhir tahun 2008 terjadi polemik yang dahsyat di daerah timur tengah yaitu agresi militer Israel terhadap Palestina khususunya daerah gaza yang telah membuat keprihatinan masyarakat sipil baik dalam segi kemanusiaan maupun dalam segi material. Dalam serangan Israel yang membabi buta tersebut telah mengambil nyawa manusia kurang lebih 1300 termasuk warga sipil dan menghancurkan infrastruktur kota seperti masjid, universitas, rumah sakit dan lain-lain. 

Dalam insiden tersebut  dunia internasional mengkutuk kebiadaban Israel baik Negara yang mayoritas penduduknya beragama islam atau non-islam tetapi negara yahudi itu tetap bersih keras untuk  melancarkan agresi militernya meskipun sudah banyak desakan untuk mengakhirkan seranganya. Agresi yang dilakukan oleh Israel tersebut terhadap faksi hamas, karena faksi itu tidak kenal kompromi dan lebih radikal dalam berdiplomasi tetapi berbeda dengan faksi fatah yang lebih lunak terhadap pemerintahan Israel.

Konflik yang terjadi antara Israel dan Hamas karena kebuntuhan politik untuk mencari solusi kedepan setelah dua pekan  telah memperpanjang   genjatan senjata sebelum Israel melancarkan agresinya. Dan kedua belah pihak saling menuding siapa yang mengawali konflik tersebut, bagi Israel berargumen bahwa Hamas- lah yang telah meluncurkan roket-roketnya ke pemukiman warga sipil Israel. Namun bagi Hamas Israel-lah yang telah menghianati kesepakatan genjatan senjata oleh karena itu, genjatan senjata tidak bisa di perpanjang lagi.

Tetapi tindakan brutal Israel tidak bisa dibetulkan walaupun beralasan membelah diri warganya tetapi pada subtansial tujuan negara yahudi itu untuk meruntuhkan rezim Hamas yang ada di daerah gaza karena menurut mereka Hamas sangat berbahaya untuk eksistensi negara Yahudi. Dalam agresi militernya, Israel juga di dukung oleh golongan elite yang konservatif yang mendominasi  negara tersebut setelah terbunuhnya Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin yang mempunyai julukan tokoh perang yang pendamai di tangan ekstrimis Yahudi Yigar Amir pada November tahun 1995. Dia terbunuh karena telah melakukan terobosan sangat signifikan untuk perdamaian timur tengah yang di kenal kesepakatan Oslo pada tahun 1993 dengan Organisasi pembebasan Palestina (PLO). Kesepakatan Oslo itu merupakan kesepakatan damai terpenting di timur tengah setelah perjanjian damai mesir di Camp David tahun 1979.

Kalau kita melihat history masa lalu keberadaan Israel itu, tidak ada di peta dunia tetapi pada akhirnya negara tersebut memproklamirkan diri menjadi sebuah negara yang berdaulat. Kedaulatan negara Israel diproklamirkan oleh David Ben Gourin pada 14 Mei 1948 dan tidak lepas dari cita-cita awal zionis yang didirikan oleh mantan wartawan Theodore Herzl pada tahun 1896. Kongres pertama gerakan zionis ini di Basle- Swiss tahun 1897 merekomendasikan, berdirinya sebuah negara khusus bagi kaum Yahudi yang telah tercerai berai di seluruh dunia. Pada kongres kedua tahun 1906, gerakan zionis pimpinan Herzl itu baru merekomendasikan secara tegas, mendirikan sebuah negara bagi rakyat Yahudi di tanah Palestina.

Dan berdirinya Negara Yahudi didukung dengan kondisi politik Eropa tidak kondusif akibat pecahnya Perang Dunia 1 (1914-1918), pada moment tersebut telah memberikan peluang awal untuk mewujudkan cita-cita Zionisme. Inggris yang telah telibat dalam perang Dunia 1 melawan jerman, telah berkoalisi dengan Herzl dan berjanji  memberikan Negara palestina kepada gerakan zionis, dan Inggris pula yang telah mendorong nasionalisme arab untuk melawan kekuasan dinasti Ottoman. Dan sikap Inggris bermain mata dengan Zionis karena merasa takut keberadaan islam semakin kuat seperti pada masa dinasti Ottoman dan masa keemasan Islam terulang kembali.

Ada dua peristiwa yang penting sebagai pondasi berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina. Pertama,perjanjian Sykes-picot tahun 1916 antara Inggris dan Perancis, yang membagi peninggalan dinasti Ottoman di wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut, Perancis mendapat bagian wilayah Iraq dan Jordan, sedangkan Inggris mendapat wilayah jajahan Irak dan Jordan. Sementara Pelestina dijadikan status wilayah internasional. Kedua,Deklarasi Balfour tahun 1917, yang menjanjikan sebuah negara Yahudi di tanah Palestina pada gerakan Zionis.

Akibat dua peristiwa tersebut banyak umat Yahudi melakukan imigrasi ke Palestina yang sedang berada di diaspora(perantauan, pengembaraan, pengasingan), khususnya di Eropa pada tahun 1918, tetapi imigrasi besar-besaran terjadi pada tahun 1930-an. Dan program pokok Zionis dapat terwujud ketika Majelis Umum (MU) PBB mengeluarkan resolusi No.181 pada 29 November tahun 1947 yang menegaskan bahwa membagi tanah Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab. Resolusi PBB No.181 tersebut, David Ben Gourion memproklamirkan negara Yahudi pada tahun 14 Mei tahun 1948.

Dengan adanya resolusi yang dikeluarkan oleh PBB itu, sehingga efek sampingnya menjadi petaka atau konflik yang terjadi di Timur Tengah hingga saat ini. Karena pemihakan PBB atau resolusi yang menguntungkan Israel maka pada waktu itu banyak negara Arab yang memilih perang dari pada menerima resolusi tersebut. Dan awal perang atau konflik yang dilakukan Israel terjadi pada tahun 1948 atau di sebut dengan perang Arab-israel, kemudian disusul perang Suez tahun 1956, perang Arab-Israel pada tahun 1967 dan tahun 1973 serta perang Lebanon tahun 1982.

Ketika perang Arab-Israel pada tahun 1967, Israel telah diserang oleh negara Arab seperti Mesir, Jordan, Lebanon, Iraq, Suriah dan Palestina tetapi pada waktu itu Israel telah mendominasi untuk memenangkan peperangan dan mampu menjaga kedaulatan negaranya. Sehingga mengantarkan resolusi DK PBB No. 242 yang berhasil diturunkan pada 22 November 1967 untuk mencari penyelesaian jalan tengah konflik Arab-Israel. Inti dari isi resolusi DK PBB No.242 tersebut, adalah tidak dibenarkan menduduki daerah melalui peperangan serta meminta Israel menarik pasukanya dari tanah-tanah yang diduduki. Namun resolusi itu memberi keuntungan bagi negara Yahudi karena menuntut pihak Arab mengakhiri keadaan perang dan mengakui eksistensi Israel. Serta memberi kebebasan lalu lintas di perairan internasional di kawasan Timur Tengah.

Pada waktu itu negara Arab tidak memberikan pendapat yang seragam atas di turunkan resolusi tersebut. Palestina memprotes turunya resolusi karena tidak menyinggung pokok permasalahan yang mendasar dan warga Palestina di anggap sebagai pengungsi. Suriah menolak resolusi itu, dan Jordan tidak mengambil sikap yang tegas. Sedangkan Mesir menyatakan menerima resolusi. Menurut Menlu Mesir saat itu, Mahmud Riyad, beragamnya tanggapan Arab karena sudah menduga bahwa yang dapat memberikan penafsiran kelak terhadap resolusi itu adalah pihak yang lebih kuat secara militer, tetapi sekarang baik Israel maupun negara-negara Arab sama-sama menerima resolusi DK PBB No.242 sebagai rujukan proses perdamaian yang secara resmi di mulai sejak konferensi damai di Madrid tahun 1991.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun