Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi dan Musyawarah

25 Desember 2017   20:41 Diperbarui: 25 Desember 2017   20:48 1713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna. Akan tetapi kesempurnaan manusia tidak lepas dari yang namanya  perbedaan mulai dari ras, pemikiran atau ideologi dan lain-lain. oleh karena itu diperlukan rasa toleransi antar sesama agar keberlangsungan hidup antar satu sama lain dapat terjalin dengan harmonis.

Toleransi merupakan kebalikan dari sifat egoistis. Egois adalah sifat yang mementingkan diri sendiri dan ini merupakan sifat yang merusak akhlaq manusia karena bagaimanapun egois  hanya akan menghasilkan kebencian dan kedengkian. Ada beberapa contoh sifat egois misalnya pelit atau kikir yang mana sifat tersebut dihasilkan dari munculnya ego seseorang yang tidak mau berbagi terhadap sesama atau lebih khusunya orang miskin.

Dalam ajaran agama islam  sangat menjunjung tingi nlai-nilai toleransi. Misalnya dalam beragama, ajaran Islam tidak memaksakan orang-orang untuk masuk dalam islam, dalam ayat alquran  Allah berfirman:  (QS, al-Baqarah [2] : 256), "Tidak boleh ada paksaan dalam agama. Sungguh telah nyata (berbeda) kebenaran dan kesesatan. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tak akan putus. Allah Maha Mendengar dan Mengetahui"

kandungat ayat disini, bahwa Islam datang dengan toleransi yang tinggi terhadap kebebasan untuk memeluk agama oleh karena itu, kita sebagai umat islam tidak sepantasnya memaksa para pemeluk agama lain untuk masuk islam. Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung nilai-nilai toleransi antar umat beragama.Pada tahun 628 Nabi Muhammad SAW mengeluarkan Piagam Anugerah kepada biarawan St. Catherine Monastery di Mt. Sinai. Berisi beberapa klausul yang melingkupi aspek-aspek hak asasi manusia termasuk perlindungan bagi umat Kristen, kebebasan beribadah dan bergerak, kebebasan untuk menunjuk hakim-hakim dan menjaga property mereka, pembebasan dari wajib militer, dan hak untuk dilindungi dalam perang. Ini membuktikan bahwa agama Islam sang toleran dengan agama lain. Ini merupakan salah satu bukti bahwa nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada umat Islam untuk selalu menjaga keselarasan antar sesama manusia. Karena bagai manapun nabi Muhammad merupakan figur pertama yang menjadi acuan muslimin dalam berprilaku dan bersosial dalam kehidupan sehari-hari.           

Sifat toleransi dapat diaplikasikan secara luas melalui musyawarah. Musyawarah adalah berunding atau urun rembuk yang merupakan bentuk toleransi antar sesama dimana sebuah proses mencari kesepakatan bersama dalam hal tertentu. Dalam Islam sendiri banyak menyinggung tentang Musyawarah. Dalam firman Allah di dalam kitab al Quran  Surat Ali Imran Ayat 159 Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS ai Imran : 159)

Isi Kandungan

Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di dunia tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam surat Ali Imran ayat 159 dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi Muhammad SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah.

Orang yang selalu bersikap keras dalam menghadapi masalah maka ia akan dijauhkan dalam pergaulan. Oleh sebab itu, apabila kita terlanjur berbuat salah dan berlaku kasar kepada orang lain maka segeralah minta maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Baik dengan tidak sengaja, apalagi disengaja.

Oleh karena itu kita sebagai manusia yang bermoral hendaklah menjauhkan diri dari sifat egois karena bagaimanapun kita hidup bersosial apalagi kita sebagai mahasiswa yang bisa dikatakan individu-individu yang berpendidikan sudah sepantasnya  memberikan contoh yang baik. Dan tentunya mengedepankan toleransi dari pada ego sendiri. Karena bagaimanapun masing-masing orang mempunyai hak untuk berargumen atau mempunyai hak untuk berkreasi. []

S. Admodjo

Salam SASALI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun