Ada seorang pemuda bergaya cuek slenge'an, santai kayak dipantai. Biasa dipanggil Max. Ia jatuh cinta kepada seorang gadis cantik bernama Nissa. Wanita solehah yang begitu anggun dengan jilbabnya. Bapaknya seorang alim ulama, guru mengaji yang disegani di masyarakat.
Tak kuat menahan rindu Max nekad mengutarakan isi hatinya kepada gadis pujaannya. Cinta Max tak bertepuk sebelah tangan, ternyata diam-diam Siti juga menaruh hati. Tapi...
"Ayahku menginginkanku menikah dengan seorang pemuda soleh keluaran pesantren," ucap Nissa.
Max terdiam sesaat. Tapi kemudian dengan tegas ia berkata,"Baik. Kita tidak usah memulai hubungan ini."
"Kenapa?" tanya Nissa. "Kamu kan bisa mengubah perilaku dan penampilanmu."
"Justru itu, aku tidak mau berubah demi dirimu," bilang Max.
"Kenapa?" tanya Nissa lagi.
"Aku hanya mau berubah demi Allah. Bukan demi dirimu, juga bukan untuk ayahmu. Tak mungkin aku baru sholat lima waktu dan belajar Al-Qur'an demi meraih cintamu. Tak mungkin juga aku pura-pura rajin ke masjid dengan berpakaian muslim demi meraih simpati ayahmu. Itu riya'," sebut Max.
"Sepertinya aku memang tak pantas untuk dirimu yang solehah ini. Aku tak akan bisa jadi imammu dalam segi agama. Aku tidak akan bisa mengimbangi dirimu. Sebaiknya kau carilah pendamping hidup seperti keinginan ayahmu."
Lanjut Max,"Tapi Nissa, setidaknya kau harus tahu, aku yang bodoh ini akan terus ingin belajar ilmu agama. Berusaha menjadi manusia ikhlas yang tidak munafik. Baiklah aku pergi, maafkan aku telah mengganggumu."
Nissa diam terpaku. Memandang kosong bahu belakang Max yang terus menjauh sampai akhirnya menghilang. ( BERSAMBUNG)
(Bangka, dari arsip pribadi April 2010)