Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Suluk Wujil [3]

1 Januari 2013   19:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:40 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1.Hakikat niat

Wujil Kinasih,  bertanya ;” apakah hakekat perbuatan baik, itu ?”

Panembahan  Wahdat menjawab “ Wujil Kinasih, perbuatan itu hakikatnya dikerjakan. Bilamana perbuatan  itu tidak dikerjakan bagaimana akan dapat diselesaikan?Yang tidak lupa mengerjakan kebaikan, itu artinya sudah mendapatkan anugerah dari Tuhan. Dan siapa yang tidak mengerjakan kebaikan, artinya  dia telah menunjukkan dosanya, maka yang  akan diterima adalah kemalangan, kesengsaraan.”

“ apakah yang dimaksud dengan hakikat NIAT, guru?”

Panembahan Wahdat , menjawab” hakikat niat itu bukan terbatas pada gagasan saja. Yang menggagas dan menyebut itu bukan niat yang sejati. Tidak mudah yang disebut dengan Salat, sembahayang dan pujian itu, bilamana tidak tahu akan siapa, yang menerima tugas. Siapa, yang mendapat denda dengan hal-hal yang bersifat kasar seperti hukuman denda, hukuman cambuk, hukuman mati. Maka orang ramai mempertengkarkannya.”

“ sembahyang yang sejati dan sejatinya sembahyang itu, tidak mengenal waktu, semua tingkah lakunya itu ibadah, kebaktian, puji, sembah. Sampai padaair sesucinya, kotorannya dan bahkan air kencingnya pun menjadi sembah. Itulah yang disebut dengan hakikat NIAT yang sejati.”

“ NIAT itu penting bahkan lebih penting dari perbuatan yang banyak, NIAT itu bukan bahasa, juga bukan suara. NIAT  adalah suatu energy untuk melakukan suatu tindakan, yang terungkap di dalam pikirannya. Sebenarnya NIAT itu bukan niatnya yang di dalam pikiran.  Melainkan NIAT untuk melakukan tindakan yang terungkap. NIAT sembahyang tidak ada bedanya dengan NIAT merampok. Yang berbeda adalah SEMBAHYANG dan MERAMPOK.”

“ sebabnya orang menjadi sirik kafir karena dikafirkan oleh aturan, karena mereka mengandalkan segala kepandaiannya berpegang teguh pada untaian kata-katanya, yang kemudian digunakan utntuk saling meyakinkan orang lain. Setelah melakukan sembahyang maghrib, mereka ramai saling bertengkar mulut, akhirnya berubah menjadi saling memukul dengan menggunakan baju masing-masing, sehingga ikat kepalanya terlepas. Bertengkar di dalam masjid, akhirnya saling marah dengan memegang teguh bunyi tulisan dan bersembahyang sendiri-sendiri. Ini karena mereka tidak mengetahui hakikat NIAT. Mereka katanya sudah berniat, ada pula yang mencari NIAT, tetapi tidak tahu jalannya.”

“ Wujil , hendaklah engkau mengekang hawa nafsumu, bilamana sudah kau ikat, jangan kau terlalu banyak bicara, jangan terlalu memaksakan kehendak, apalagi menuruti kehendak pribadi. Itulah jalan yang sesat, yang hanya mengandalkan pendapat pribadi.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun