Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Suluk Wujil [2]

1 Januari 2013   00:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1.Kenalilah dirimu sendiri

“Wujil, sebelum kau mencari sangkan paraning dumadi, maka kenalilah dirimu sendiri, yaitu  seperti melihat, badan yang terlentang. Perhatikanlah  segala bentuk kekuranganmu, dan kekuranganmu itulah yang selalu diingat terus menerus.”

Wujil Kinasih telah mampu mengenali dirinya sendiri, dia telah mengenali TuhanNya. Ia Tidak berbicara, bila tidak ada rahasia yang diajarkannya. Dalam lalakunya, ia mencari kasunyataning ngaurip, sungguh-sungguh mencari diri sendiri. Ucapannya tidak pernah menyimpang dari kesucian, tidak penah berbohong.

“ Keadaan Tuhan , jelas tidak sama dengan dengan keadaan manusia, oleh sebab itu Sucikanlah TuhanMu itu. jika ada orang yang mengaku tahu tentang TuhanNya, tetapi perilakunya tidak sesuai, tidak mematuhi ajaran pengendalian Nafsu, mengesampingkan kehidupan  yang saleh, maka sebenarnya  dia seperti mengambil sesuatu benda dalam kegelapan. Orang yang benar-benar mengetahui Tuhannya, dia mampu mengekang hawa nafsunya, siang malam memelihara penglihatannya, tidak pernah tidur.”

“Itulah sebagai laku dasarnya, wahai Wujil Kinasih, supaya dapat mematikan hawa nafsu, jangan hanya mendengar saja, berjuanglah dengan sungguh-sungguh dalam jalan kesucian, satukan kehendak dan keyakinan.”

“ Penglihatan manusia itu terbatas, maka tidak mampu melihatNya, Dia tidak akan tampak, karena memang tidak berbentuk , tetapi Dia tetap ada. Dia tidak maqom [tiada menempati ruang tertentu]. Bila orang berhenti melihat, malahan mempunyai penglihatan yang sejati, yang sempurna. Melihat semua ciptaanNya yang nampak, maka sesungguhnya melihat wujud yang Sejati.”

“ Wujil, SEBAB itu tiada bedanya, karena tertutup oleh gerakan-gerakan [kehidupan], bedanya bukan dari sumbernya. Membicarakan yang SEBAB tidak akan nada habis-habisnya. KitabNya itu bagaikan burung perkutut yang Unggul. Sekalipun dibicarakan siang  malam tanpa henti, jika tidak disertai dengan ajaran yang bijak, tetap tidak ada manfaatnya. Lebih baik orang diam saja”

“hendaklah kau tahu hakikat diam dan berbicara. Bila engkau tidak tahu, itu tidak ada gunanya. Diam artinya tidak ada isinya bilamana berbicara, jika berbicara jangan keras [menyakitkan]. Burung di pohon kanigara berteriak, itulah perumpaannya, tidak ada artinya. Bilamana menyangkut tentang kawruh sinandi, jangan berbuat seperti orang yang dapat berbicara.”

“apa gunanya bentuk, bagi orang yang berjaga di malam hari dengan orang yang sudah buta matanya? Keduanya sama saja tidak ada manfaatnya , bilamana tidak dituntun untuk melihat kebenaran yang sesungguhnya, bagaimana mungkin bisa tahu dengan sendirinya, bagaimana bisa melihat diri sendiri.”

“Sembah dan puji, sebaiknya kau ketahui. Sembah itu bermacam-macam, kata orang bijak; ada orang yang memuji dalam sekejap saja, bilamana tahu sasarannya, dalam energy positif, maka sama saja orang itu melakukan sembahyang seratus tahun. “

“ Adapula orang yang memuji terus menerus siang dan malam tidak mengenal waktu, bagaikan sembahyang enam puluh tahun. Yaitu orang yang sudah sempurna raganya [tidak terikat oleh kepentingan jasmaniah] perilakunya dapat menjadi contoh, bukan seperti burung bangau.”

“ Orang yang melakukan sembah dan puji di siang dan malam hari, dengan pengaruh kebaikan dan mengikuti petunjuk, sama saja bersembahyang selama dua belas tahun.”

“ Wujil, yang dinamakan Tafakur itu, bila dalam keadaan diam, dia tahu kemana arahnya. Orang yang diam itu lebih baik, itulah sembahyang tanpa putus tanpa terikat oleh waktu. Sempurnalah orang itu, tubuhnya tidak ada yang tertinggal , bahkan termasuk kotoran dan air kencingnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun