Kita tahu bahwa Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu pastilah maha segalanya. Namun, tidak jarang manusia berbuat seolah Dia tidak ada dan tidak melihat apa-apa. Padahal, kita tahu bahwa tindakan itu sama sekali salah.Â
Sebisa mungkin dosa itu disembunyikan sampai akhirnya Dia menunjukkan keadilan-Nya lewat cara-cara yang tidak terduga oleh kita. Sangat mungkin bagi manusia untuk berbuat dosa, namun kita juga diberi kekuatan untuk berkata tidak terhadap dosa.Â
Lalu, apa alasan yang cukup kuat untuk menjadi dasar agar kita tidak  melakukannya? Terlebih jika orang lain mungkin tidak mengetahuinya. Bahkan, bisa jadi orang lain tidak menganggapnya dosa. Lebih parahnya lagi, ketika kita memilih tidak melakukan kesalahan tersebut, ada sanksi yang kita terima, misalnya cemooh, amarah, fitnah, dsb.Â
Melakukan tindakan yang benar dan tepat tidak selalu dipandang benar oleh semua orang. Ada kalanya orang-orang yang berbuat benar memang diizinkan-Nya juga menerima fitnahan dalam kesalehannya. Lalu, jika menjauhi dosa itu teramat susah, apa alasan kita untuk tetap melakukannya?
Menghormati Dia, ya, itu jawabannya. Kita harus menghormati Dia, Tuhan yang menciptakan kita semua. Menghormati Dia memang tidak selalu menghasilkan buah yang instan dalam hidup kita. Namun, menghormati Dia akan membuat kita tahu tindakan apa yang benar/ layak dilakukan dan tindakan apa yang sepantasnya kita hindari.Â
Tentunya hal ini tidak mudah untuk dilakukan, namun bagi orang yang memilih menghormati Dia dan lari dari dosa (kesempatan berdosa), akan mendapat buah-buah yang baik dari Sang Pencipta.
Ide-ide ini diperoleh dari cerita Akhan (Yosua 7) dan kisah Yusuf (Kejadian 39). Akhan bertindak mengambil kesempatan berdosa, sedangkan Yusuf lari menjauhi kesempatan itu. Sebagaimana kita ketahui, setiap tindakan memiliki konsekuensinya masing-masing, entah konsekuensi karena tindakan yang benar atau sebaliknya.Â
Pada cerita Akhan, ketika ia mengambil kesempatan untuk berbuat dosa, ia mendapat konsekuensi dilempari  batu bersama keluarganya oleh banyak orang sampai ia dan seluruh keluarganya meninggal. Pada kisah Yusuf, ia memilih menjauhi dosa, lalu ia difitnah dan dimasukkan ke penjara. Namun, dia tidak selamanya di sana. Suatu hari, oleh pertolongan Allah, ia diangkat menjadi orang nomor dua di Mesir dan hidupnya menjadi berkah bagi keluarga besarnya. Dua akibat yang sama sekali berbeda.
Kitalah yang menentukan apakah akan mengambil kesempatan seperti yang dilakukan Akhan atau berlari menjauhinya seperti Yusuf.Â