Mohon tunggu...
Saskia Aprilia
Saskia Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psikologi

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universita Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Emosi Bipolar dalam Kehidupan Remaja dan Perspektifnya dalam Islam

23 Juni 2021   20:00 Diperbarui: 23 Juni 2021   20:05 2577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERUBAHAN EMOSI BIPOLAR DALAM KEHIDUPAN REMAJA DAN PERSPEKTIFNYA DALAM ISLAM

Sebelum kita membahas bipolar, ada baiknya kita mengetahui tentang definisi-definisi emosi ya, kawan!

Emosi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi merupakan suatu keadaan di dalam diri seseorang yang tidak terlihat dan sulit diukur. Remaja memiliki temperamen bawaan yang berbeda-beda, sehingga rasa senang dan tidak senang pun setiap individu berbeda juga.

Emosi adalah kondisi tergerak (a state of being moved) yang memiliki komponen penghayatan perasaan subyektif, impuls untuk berbuat dan kesadaran (awareness) tentang perasaan yang dihayatinya (Semiawan, 2997; 153). Sedangkan Feldman (1997) mendefinisikannya  sebagai perasaan-perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku dan pada umumnya mengandung komponen fisiologis dan kognitif. Perasaan-perasaan tersebut bisa sangat kuat sehingga kontrol rasional tidak berfungsi (Winkel, 2983; 151). Perasaan yang kuat tersebut diikuti oleh ekspresi motorik yang berhubungan dengan suatu objek atau situasi eksternal (Gunarsa, 1989;156). 

Sehubungan dengan hal ini, Goleman (1997) menyatakan bahwa emosi adalah perasaan dan pikiran khas, yakni suatu keadaan biologik dan psikologis. Beberapa ahli berpendapat bahwa emosi merupakan hasil manifestasi dari keadaan fisiologis dan kognitif manusia, juga merupakan cermin dari pengaruh kultur budaya dan sistem sosial (Barrett & Fossum, 2001). Kultur dan sistem sosial tempat individu tinggal dan menetap akan membatasi dan mengatur kepada siapa, kapan dan dimana saja seseorang boleh memperlihatkan dan merahasiakan emosiemosi tertentu, serta dengan cara seperti apa emosi tersebut akan dimunculkan melalui perilaku nonverbal dan ekspresi wajah (Ekman, 1992).

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas kita bisa menyimpulkan bahwa yang dimaksud emosi adalah keadaan yang kuat dan kompleks dan diikuti oleh ekspresi motorik serta mengandung unsur afeksi dan pikiran yang khas dan dapat mempengaruhi perilaku. Dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi sebagian besar merupakan fungsi biologis. Namun, cara kita merespon emosi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan kita.

Remaja sebagai usia peralihan merupakan usia yang rawan untuk mengalami gangguan bipolar, maka dari itu kita akan membahas pengertian bipolar ya, kawan!

Bipolar berasal dari dua kata yaitu bi dan polar. Bi berarti dua dan polar berarti kutub. Maka, bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang bertolak belakang (Panggabean&Rona, 2015). Dua kutub yang dimaksud adalah depresi dan manik. Depresi didefinisikan sebagai kedaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan rasa bersalah, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya dilakukan (Davison, Neal, & King, 2010). Manik didefinisikan sebagai keadaan emosional dengan kegemberiaan yang berlebihan, mudah tersinggung, disertai hiperaktivitas,berbicara lebih banyak dari biasanya, serta pikiran dan perhatian yang mudah teralih (Davison dkk, 2010).

Selama episode mania, individu mengalami euforia, grandiositas, energik, dan tidak dapat tidur serta memiliki penilaian yang buruk dan pikiran, tindakan, serta bicara yang cepat (Videbeck, 2001:411). Gejala gangguan bipolar bisa muncul sejak kanak-kanak hingga usia dewasa. Namun, gangguan bipolar pada remaja umunya dialami pada usia 15 hingga 24 tahun dengan perbandingan yang sama antara remaja pria dan wanita. 30 persen remaja yang depresi berujung menjadi bipolar. Remaja yang sering mengalami ledakan emosional berlebihan dan berulang maka akan terbentuk menjadi pola perilaku. Menurut Dr. Hendro Riyanto, dr., SpKJ, MM mengatakan anak dan remaja adalah masa pembentukan kepribadian karena kepribadian terbentuk saat anak dan sampai 18 tahun. Jika lebih dari itu, kepribadian dan karakter akan susah untuk dirubah.

Perbedaan yang mendasar antara orang dengan gangguan bipolar dan yang tidak menderita bipolar adalah terkadang orang dengan bipolar akan merasa sedih atau gembira tanpa perlu suatu alasan yang jelas, pemicu kesedihan yang terlihat sederhana bagi orang lain bisa menimbulkan depresi yang berkepanjangan di mana penderita bipolar merasa sulit keluar dari perasaan tersebut (Panggabean &Rona, 2015). Pernyataan yang disampaikan oleh Panggabean dan Rona (2015), bahwa perubahan mood yang dialami penderita bipolar menimbulkan penderitaan tersendiri bagi penderitanya. Emosi penderita bipolar yang mudah meledak saat manik mungkin membuat mereka tidak disenangi dalam pergaulan (Panggabean & Rona, 2015).

Saat dalam keadaan depresi, mereka menjadi malas untuk bergaul, meskipun banyak temannya yang mengajak untuk melakukan kegiatan. Penderita bipolar cenderung mengalami kebingungan untuk menyelesaikan persoalan perubahan mood yang mereka sendiri tidak mengerti mengapa terjadi dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun