Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, editor my-best.id, jualan wedang rempah budhe sumar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hendak ke Mana Weekend Ini?

3 September 2012   19:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_210733" align="aligncenter" width="293" caption="sumber: http://nora-apriyani.blogspot.com"][/caption] "Min, minta info tour operator buat ke Karimunjawa dong!", "Min, weekend ini aku mau ke Jogja nih. Ada rekomendasi hotel bagus deket Malioboro yang harganya murah nggak?", "Weekend ini di Solo ada acara apa aja ya, Min? Aku mau backpackeran kesana nih!", itulah deretan pertanyaan yang sering saya baca dan harus saya jawab menjelang akhir pekan atau libur panjang ketika dahulu saya bekerja di sebuah portal wisata. Kini, saat saya sudah tidak bekerja lagi pertanyaan "Hendak kemana weekend ini?" pun masih sering bersliweran di timeline menjelang akhir pekan. [caption id="attachment_210366" align="aligncenter" width="626" caption="Sash Pic"]

1346708345712118344
1346708345712118344
[/caption] Seiring bertumbuhnya kelas ekonomi menengah di Indonesia, traveling tidak lagi menjadi hal yang mewah maupun sulit dilakukan. Weekend dan liburan menjadi saat yang dinantikan banyak orang untuk melakukan perjalanan wisata. Traveling menjadi hal yang lumrah sekaligus menjadi gaya hidup. Traveling is a new lifestyle. Bahkan kini parameter kekerenan dan kegaulan seseorang bukan hanya diukur dari gadget yang dimiliki, tempat yang biasa digunakan untuk nongkrong, atau merk kendaraan yang dinaiki, melainkan diukur dari seberapa banyak destinasi wisata atau negara yang telah dikunjungi. Semakin banyak tempat wisata yang kamu kunjungi, semakin banyak negara yang kamu sambangi, semakin banyak kuliner lokal yang kamu coba, maka kamu dianggap semakin keren dan akan menjadi orang pertama yang dihubungi kawan-kawanmu untuk meminta referensi ketika mereka hendak bepergian. [caption id="attachment_210367" align="alignright" width="459" caption="Sash Pic"]
1346708412179538554
1346708412179538554
[/caption] Munculnya traveling sebagai gaya hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah banyaknya maskapai penerbangan yang melakukan promo tiket murah, akses transportasi dan akomodasi yang semakin mudah, kemajuan teknologi yang memudahkan traveler untuk mencari informasi destinasi wisata yang dituju, banyaknya tour operator yang melayani perjalanan wisata dengan harga murah, hingga maraknya buku-buku panduan wisata di pasaran. Traveling pun tidak lagi menjadi sesuatu yang prestisius dan mahal, melainkan bisa dilakukan oleh siapapun dengan berbagai cara. Mau bepergian versi ransel dengan biaya minimalis? Atau berwisata versi koper dengan total biaya yang bisa menguras tabungan? Semua bisa dipilih sesuai dengan keinginan dan budget Anda. Cara, gaya, dan tujuan bepergian yang berbeda-beda akhirnya memunculkan definisi-definisi khusus dalam dunia traveling. Istilah turis atau wisatawan koper biasanya ditujukan kepada mereka yang melakukan perjalanan dengan fasilitas dan layanan yang nyaman tak peduli berapa banyak budget yang dikeluarkan. Tujuan utama mereka berwisata adalah untuk bersenang-senang, menyaksikan pertunjukan yang megah, menikmati kuliner lezat, serta menikmati pemandangan alam yang indah. [caption id="attachment_210368" align="alignleft" width="375" caption="Sash Pic"]
1346708483301986154
1346708483301986154
[/caption] Selain istilah turis, ada juga istilah backpacker dan flashpacker. Backpacker ditujukan pada mereka yang melakukan perjalanan dengan menggendong ransel dan mengutamakan budget rendah. Kalau ada yang murah bahkan gratis kenapa harus bayar mahal? Ini menjadi salah satu prinsip yang dipegang teguh para backpacker. Tujuan utama mereka melakukan perjalanan bukan semata untuk melihat alam yang indah, melainkan lebih mencari pengalaman dengan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Berinteraksi dengan masyarakat lokal guna mengerti dan memahami budaya serta tradisinya adalah tujuan utama para backpacker. Sedangkan istilah flashpacker ditujukan untuk mereka yang berwisata dengan  budget redah, namun masih cenderung kelas menengah. Para flashpacker ini  lebih mementingkan sight-seeing dan tidak banyak berinteraksi dengan masyarakat lokal. Momen adalah hal yang penting. Sehingga mereka kadang tak segan membayar sedikit lebih mahal untuk mendapatkan momen sunrise dan sunset yang mempesona atau melihat pertunjukan spektakuler. [caption id="attachment_210369" align="alignright" width="432" caption="Sash Pic"]
1346708634402519334
1346708634402519334
[/caption] Banyak orang cenderung merasa sudah menjadi the real traveler jika telah menjejakkan kaki di banyak negara atau menyambangi banyak destinasi wisata. Padahal bisa jadi ketika menjejakkan kaki di tempat-tempat baru itu yang dilakukan hanyalah sekadar berfoto di landmark kota atau tempat wisata untuk kemudian diunggah di jejaring sosial sebagai pembuktian bahwa mereka telah pergi ke berbagai tempat. Tidak ada pembelajaran baru yang diperoleh. Hal ini tidak berbeda jauh dengan banyak orang yang merasa menjadi pecinta alam tulen karena telah mendaki banyak gunung, memasuki banyak gua, atau mengarungi banyak jeram berbahaya demi menyalurkan adrenalin mereka, namun tidak melakukan tindakan nyata untuk alam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal ini. Karena salah satu tujuan traveling adalah bersenang-senang. Traveling memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga tidak ada istilah salah atau benar dengan gaya traveling masing-masing orang. Namun alangkah baiknya jika saat berkunjung ke tempat kita tidak hanya menjadi penikmat  saja. Sekali waktu kita perlu untuk mengulik lebih dalam tentang destinasi wisata yang kita kunjungi. Kita tidak hanya menjadikan tempat wisata sebagai obyek melainkan juga sebagai subjek. Traveling tidak hanya dijadikan sebagai momen untuk bersenang-senang dan melepaskan diri dari kepenatan serta hiruk pikuk rutinitas, namun juga menjadi momen untuk berkontemplasi sembari belajar banyak hal. Sambil berwisata kita bisa menggali lebih dalam tentang adat-istiadat yang dianut masyarakat, memahami seni tradisinya, mengetahui tentang kehidupan mereka, hingga sampai dalam taraf menghargai kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat sehingga akhirnya kita bisa lebih menghormati keberagaman budaya yang ada di Indonesia bahkan dunia. Seperti yang terangkum dalam buku Hanum S. Rais, 99 Cahaya di Langit Eropa, bahwa sejatinya traveling atau melakukan perjalanan adalah sebuah bagian dari proses pembelajaran. Jadi, sudahkah kamu siap untuk traveling? Hendak ke mana weekend ini? (Upz weekend masih lama ya? )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun