Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, editor my-best.id, jualan wedang rempah budhe sumar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Teman Saya Pengedar Ganja

12 Desember 2018   19:57 Diperbarui: 12 Desember 2018   20:11 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu tau nggak kenapa bapak ibuku ngirim aku ke sekolah yang ada asramanya di Jogja?" tanya Bang X saat kami sedang ngobrol ngalor-ngidul. Belum sempat saya menjawab, dia sudah melanjutkan omongannya "biar aku jadi anak bener, biar jauh sama teman-teman lamaku yang pada make".

"Kehidupanku di Jakarta keras Sash. Di kampungku, anak-anak SD tuh udah kenal narkoba. Anak SMP udah jadi kurir. Bapak ibuku tau, kalau aku tetap tinggal di sana hidupku makin nggak bener dan berantakan. Makanya aku disuruh SMA di Jogja. Tapi jebule yo podo wae, neng kene aku malah bakulan cimeng."  

Jujur saja saya kaget mendengar kalimat terakhirnya. Meski saya mengenalnya bukan sebagai pria yang alim, saya tak menyangka bahwa dia adalah seorang pengedar ganja. Dengan wajah tak percaya saya mengkonfirmasi pernyataannya.

"Serius bang kowe dodolan cimeng?"

"Tenan. Motor ini juga aku beli dari uang haram. Tapi kowe rasah wedi. Itu sudah masa lalu," jawabnya sambil tersenyum tengil. Nampaknya dia melihat raut tegang di wajah saya, wajah polos takut kegrebeg. 

"Dua tahunan ini aku sudah berhenti. Aku meh tobat Sash. Aku pengen nikah. Aku nggak mau ngasih makan anak istriku kelak dengan uang haram. Makanya aku sekarang kerja bener kayak gini. Walau uangnya lebih sedikit tapi atiku tentrem," lanjutnya.

"Tapi sekarang kamu masih nyimeng atau ngobat gitu nggak bang?"

"Enggak. Kan aku udah bilang udah berhenti. Aku mau hidup bener. Hidup sehat. Udah cukup lah masa-masa menjadi bajingan. Aku kalau ingat dulu juga nyesel kok. Tapi ya meh diapakke maneh?"

Ini bukan kali pertama saya terlibat dalam pembicaraan-pembicaraan semacam ini. Obrolan ringan yang berakhir dengan pernyataan-pernyataan mengejutkan, khususnya soal ganja dan narkoba.

Saat masih duduk di bangku SMP, beberapa sahabat saya mulai coba-coba untuk nyimeng. Tapi saya tahu pasti, mereka hanya mencoba sekali dua kali setelah itu berhenti. Ngabisin duit, katanya. Apalagi saat itu kami hanyalah anak SMP di pelosok yang uang sakunya paling mentok 500 perak.

Awalnya saya penasaran, dari mana mereka mendapatkan ganja. Selain teman SMP, teman-teman di kampung juga ada yang nyimeng. Dari kasak-kusuk yang beredar, saya baru tahu ternyata "bandarnya" adalah dua orang abang sepupu saya yang sekolah di kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun