Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, editor my-best.id, jualan wedang rempah budhe sumar

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Pertama Kali Mencicipi Jagung Ketan dan Saya Ketagihan

27 November 2018   14:29 Diperbarui: 27 November 2018   15:04 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mb Dio menikmati Jagung Ketan (pic: Mb Dio)

"Jagungnya enak lho, rasanya nggak kaya jagung biasa, kayak rasa ketan," kata Zack sambil menggigit jagung rebus berwarna putih. Meski bukan penggemar jagung, ucapan kawan saya tadi berhasil menggerakkan saya menuju antrian warga yang sedang mengambil makan siang. Setelah mencari-cari, akhirnya saya menemukan setumpuk jagung rebus di sebuah wadah  plastik. Saya ambil satu dan mengupas kulitnya.

Secara tampilan, ukuran jagung ini sama pada jagung umumnya. Hanya warnanya yang sedikit berbeda. Selama ini saya lebih sering menemukan jagung rebus berwarna kuning atau jingga, tapi jagung ini berwarna putih gading serupa susu kental manis.

Saat pertama mengupas kulitnya, saya sempat mengernyitkan dahi. Sebab di sela-sela kulit jagung terdapat cairan putih lengket. Jangan-jangan jagungnya basi, pikir saya dalam hati. Tapi mengingat jagung ini disuguhkan pada acara resmi, rasanya hal tersebut tidak mungkin.

Daripada sibuk mengira, saya memilih untuk langsung makan jagung tersebut. Satu gigitan, kraus kraus. Dua gigitan, kraus kraus. Mata saya berbinar. Jagung rebus ini beneran enak dan rasanya beda jauh dengan jagung yang pernah saya makan di Jawa.

Benar kata kawan saya, jika diibaratkan dengan beras, jagung yang satu ini adalah jenis beras ketan. Teksturnya agak lengket, rasanya sedikit kenyal, pulen, dan tidak terlalu manis. Setelah bertanya kepada warga setempat, ternyata jagung yang saya makan ini namanya memang jagung ketan. Kalau di daerah Sulawesi Selatan disebut dengan nama jagung pulut.

Dari informasi yang saya peroleh, saya jadi tahu bahwa tekstur lengket dikarenakan jagung ini mengandung anilopektin (senyawa penyusun pati) yang tinggi. Jagung jenis ini dapat dicerna lebih mudah dibanding jagung tipe lain. Jagung ketan juga memiliki kadar indeks glikemik gula yang rendah, oleh karena itu jagung ketan sangat aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dibandingkan sumber karbohidrat lainnya.

Jagung Ketan Rebus (dok. pri)
Jagung Ketan Rebus (dok. pri)
Jagung ketan menjadi salah satu makanan yang disajikan oleh warga Desa Campa dalam acara kunjungan BTS Baksti Sinyal oleh Kementrian Kominfo dan beberapa perwakilan media pada Kamis, 22 November lalu. Bukan tanpa alasan jika jagung utuh disajikan sebagai camilan acara resmi, hal ini sudah menjadi tradisi. Apalagi Jagung merupakan salah satu hasil pertanian andalan di Kecamatan Mada Pangga, Kabupaten Bima, NTB.

Topografi wilayahnya yang berupa tanah berbatu serta tandus menjadikan tidak banyak tanaman yang cocok ditanam di wilayah ini. Tanaman-tanaman yang memerlukan banyak air jelas tidak masuk dalam hitungan. Karena itu jagung menjadi salah satu dari sedikir tanaman yang bisa beradaptasi dengan kondisi wilayah di sini. Dan jagung ketan termasuk varietas unggul hasil pertanian di Mada Pangga.

Gara-gara asyik menikmati si jagung ketan ini, saya dan teman-teman malah alpa untuk menyantap nasi. Saya sendiri setelah makan jagung melanjutkan dengan menyantap sepiring sop ayam kampung yang tak kalah lezat serta seekor ikan bakar. Meski tak mencicip nasi, saya sudah merasa sangat kenyang.

Oya, pada saat menyantap jagung ketan tersebut, ada teman saya berkata "jagung ini kalau dicampur nutela bakalan enak deh," yang lain menimpali "atau dicampur greentea". Saya sendiri membayangkan makan jagung ketan rebus yang sudah dipipil dicampur dengan susu kental manis lantas ditaburi parutan keju. Nanti akan jadi jasuke (jagung susu keju) seperti yang banyak dijual di pinggiran jalan Jogja.  Bedanya yang ini jagung ketan.

Kondisi Desa Campa
Kondisi Desa Campa
Sebenarnya bisa banget lho  jagung ketan di Desa Campa diolah menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sayangnya keterbatasan akses informasi membuat mereka tidak tahu bagaimana caranya. Bahkan mereka sendiri mungkin tidak menyadari bahwa sebenarnya jagung ketan adalah salah satu jenis makanan yang unik dan lebih nikmat dibanding jagung biasa.

Beruntung Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Infromasi (BAKTI) sebagai ujung tombak penyedia jasa layanan komunikasi dan informasi memiliki visi untuk menjadikan Indonesia Merdeka Sinyal pada tahun 2020. Unit organisasi non eselon di bawah Kementerian Kominfo ini terus bergerak untuk menyediakan sinyal-sinyal komunikasi di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) yang selama ini terabaikan.

Bekerjasama dengan berbagai rekanan, BAKTI membangun BTS-BTS di daerah-daerah terpencil. Hal ini bertujuan supaya daerah yang selama ini terisolasi dan tidak terjangkau sinyal mampu mendapatkan sinyal sehingga warga bisa melakukan komunikasi menggunakan ponsel dengan lancar. Tak hanya menghadirkan sinyal telepon, mereka juga berkomitman untuk menyediakan sinyal internet 4G.

Desa Campa ini awalnya merupakan desa yang tidak tersentuh layakan komunikasi. Dikepung gunung-gunung tinggi, menjadikan wilayah ini terisolasi. Setelah BAKTI hadir dan mendirikan BTS di tempat ini, kini desa yang berjarak sekitar 56 km dari Kota Bima tersebut sudah mendapatkan sinyal telepon dan internet.

Dengan adanya kemudahan untuk mengakses informasi dan komunikasi ini, diharapkan warga Desa Campa mampu melakukan inovasi demi perkembangan laju ekonomi di daerahnya. Saya sendiri berharap, kelak saat saya kangen dengan Jagung Ketan Desa Campa, saya tinggal scroll-scroll situs ecommerce dan mendapati ada warga desa yang menjual jagung secara online serta melayani pengiriman ke seluruh penjuru Indonesia. Sepertinya bukan harapan yang terlalu berlebihan kan?

Btw, teman-teman di sini adakah yang pernah menikmati jagung ketan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun