Mohon tunggu...
Sofian Munawar
Sofian Munawar Mohon Tunggu... Editor - PENDIRI Ruang Baca Komunitas

"Membaca, Menulis, Membagi" Salam Literasi !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

SDM Literat Indonesia Hebat

8 September 2019   22:02 Diperbarui: 10 September 2019   07:26 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Forum Ekonomi Dunia

Minggu 14 Juli 2019, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato "Visi Indonesia" di Sentul International Covention Center (SICC), Jawa Barat. 

Dalam pidatonya, Presiden menyebutkan ada lima tahapan besar yang akan dilakukannya bersama Ma'ruf Amin untuk menjadikan "Indonesia Hebat", yaitu melanjutkan pembangunan infrastruktur, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), membuka investasi seluas-luasnya, reformasi birokrasi, dan penggunaan APBN tepat sasaran. 

Menurut Presiden, setelah fokus pada pembangunan infrastruktur pada 2014-2019, visi Indonesia 2020-2024 adalah menjadikan pembangunan SDM sebagai prioritas utama karena SDM merupakan aspek strategis dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dan tantangan global.

Komitmen pemerintah untuk penguatan SDM dapat dilihat antara lain dari kebijakan anggaran untuk penguatan SDM yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. 

Ketiga mata anggaran ini secara kumulatif mengalami kenaikan cukup signifikan dalam APBN 2020. Untuk sektor pendidikan saja, misalnya, pemerintah menaikan anggaran menjadi sebesar 29,6 persen dari Rp. 390,6 triliun pada realisasi anggaran 2019 menjadi Rp. 505,8 triliun pada APBN 2020. Pertanyaannya kemudian apakah upaya ini akan mampu mendorong peningkatan kualitas SDM? 

Bagaimana upaya strategis untuk membangun SDM yang berkualitas sehingga mampu mewujudkan kemajuan bangsa? Apakah budaya literasi memiliki relevansi untuk meningkatkan kualitas SDM sehingga pada gilirannya dapat mendorong pencapaian kemajuan dan keunggulan bangsa secara signifikan?

HUT RI dan HAI 

Pada bulan Agustus - September tahun ini, ada dua momentum penting dengan dua tema aktual yang relevan dan sinergis satu sama lain.  Pertama, Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia 17 Agustus 2019 yang mengusung tema "SDM Unggul Indonesia Maju". Kedua, Hari Aksara Internasional (HAI) ke-54 pada tanggal 8 September 2019. 

Peringatan dan perayaan HAI secara nasional disambut dengan kegiatan Festival Literasi Indonesia di Makassar, 5-8 September 2019 dengan tema "Literasi Maju, Indonesia Unggul". Tema "SDM Unggul Indonesia Maju" dan "Literasi Maju, Indonesia Unggul" menurut hemat saya dapat dikawinkan secara serasi menjadi judul artikel ini: "SDM Literat, Indonesia Hebat". Lantas apa hubungannya SDM, literasi, dan Indonesia hebat?

Dalam buku Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional (2017), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa sejarah peradaban umat manusia yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. 

Menurutnya, bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia. 

Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia. 

Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Inilah elan-vital dari "Literasi SDM" atau SDM yang literat untuk menggapai Indonesia hebat.

SDM Literat

Perusahaan jasa auditor professional terkemuka, PricewaterhouseCoopers (PwC) merilis temuan mengejutkan. 

Dalam laporan bertajuk "The Long View: How Will The Global Economic Order Change by 2050?", Chief Economist PwC, John Hawksworth mengemukakan prediksinya bahwa Indonesia akan mencapai peringkat 5 besar sebagai negara yang berpotensi memiliki perekonomian terkuat berdasarkan nilai produk domestik bruto/Gross Domestic Product (GDP). 

Menurut Hawksworth, Indonesia akan berada di peringkat 5 di tahun 2030 dengan estimasi nilai GDP US$5.424 miliar dan bahkan akan naik menjadi peringkat 4 pada tahun 2050 dengan estimasi nilai GDP US$10.502 miliar berdasarkan perhitungan Purchasing Power Parity (PPP). 

Prediksi itu tentu saja merupakan sesuatu yang menggembirakan. Hanya saja, ada sejumlah prasyarat untuk meraih dan mewujudkannya. Salah satunya yang utama adalah kesiapan SDM.

Persoalannya kemudian adalah bagaimana cara efektif mencetak SDM unggul? World Economic Forum pada tahun 2015 merumuskan tiga hal yang menjadi modal keterampilan hidup abad 21, yaitu kualitas karakter, kompetensi, dan literasi. Kualitas karakter meliputi semangat nasionalisme, integritas, kemandirian, gotong-royong, dan religiusitas. 

Sementara itu, kompetensi meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Irisan penting antara kualitas karakter dan kompetensi adalah "Literasi" yang meliputi enam elemen dasar, yaitu: Literasi Baca-Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, serta Literasi Budaya dan Kewargaan. 

Di sinilah benang merahnya menjadi tersambung bahwa kemajuan bangsa akan sangat tergantung pada ketersediaan SDM yang berkualitas. Ketersediaan SDM yang berkualitas akan tercipta dari suatu proses pendidikan yang baik. Sementara literasi merupakan poros utama pendidikan yang akan mengarahkan SDM kita pada keterampilan hidup yang dibutuhkan.

Sumber: Forum Ekonomi Dunia
Sumber: Forum Ekonomi Dunia
Di tengah kancah persaingan global-mondial, sepantasnya kita terus-menerus meningkatkan kualitas SDM. Memupuk ketrampilan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era industri 4.0 sehingga kita memiliki daya saing yang tinggi. 

Harus disadari bahwa revolusi industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari, tapi harus disikapi dan dihadapi dengan kesiagaan penuh. Untuk menghadapi itu semua, SDM literat adalah jawabannya. 

Sebagaimana dirumuskan dalam World Economic Forum (2015) bahwa SDM literat bukanlah sebatas kemampuan teknis-teknokratis. SDM literat sebagai model kecakapan hidup abad 21 meliputi kualitas karakter, kompetensi serta enam elemen dasar literasi secara terintegrasi. 

Dengan segenap kemampuan itu, maka SDM literat akan menjadi modal utama kita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar keempat, tepat saat 100 tahun Indonesia merdeka!

Sofian Munawar, MA

Pendiri Ruang Baca Komunitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun