Mohon tunggu...
I Made Mahendra Budhiastra
I Made Mahendra Budhiastra Mohon Tunggu... -

Pemuda yang gila akan dunia wisata, hiburan dan trend terkini. Ingin memiliki usaha sendiri dan bisa hidup berkecukupan dengan jalan yang direstui tuhan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terminal 3 (Gagal) Ultimate, Haruskah Karya Anak Bangsa Diapresiasi?

8 Oktober 2016   00:49 Diperbarui: 8 Oktober 2016   15:27 8208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (9/8/2016). Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta resmi beroperasi sepenuhnya hari ini. (KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)

Baru-baru ini masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta mendapatkan “hadiah” terbaru berupa Terminal 3 Ultimate CGK. Yes, terminal yang baru saja diresmikan sebagai rumah baru untuk Garuda Indonesia di Soekarno Hatta International Airport; walaupun sementara hanya dijadikan sebagai hub domestik. Sebagai warga negara Indonesia yang dari dulu bermimpi pengen punya airport yang respresentatif untuk ditunjukkan ke mata dunia sebagai pusat transit, seharusnya sih saya bahagia. Tapi jujur saja, saya merupakan salah satu orang yang kecewa berat dengan pembukaan terminal ini. Dan setelah diselidiki, bukan hanya saya sendiri yang kecewa berat dengan terminal ini. Mengapa saya kecewa? Apa saya tidak boleh kecewa dengan mahakarya yang digadang-gadang sebagai karya anak bangsa? Apa kalau saya kecewa berarti saya termasuk dengan kelas menengah cengeng, seperti yang diutarakan baru-baru ini oleh salah satu profesor ternama di Indonesia?

T3 Ultimet yang diambil dari dalam penerbangan GA 089 (Hasil foto saya sendiri)
T3 Ultimet yang diambil dari dalam penerbangan GA 089 (Hasil foto saya sendiri)
Polemik Bandar Udara Soekarno Hatta

Bandar Udara Soekarno Hatta yang terletak di Tangerang, Banten (karena kemarin habis diprotes sama “orang” kalo bandara ini bukan bandara Jakarta) merupakan salah satu bandar udara tersibuk di dunia. Kesibukan bandara ini sendiri hampir sejajar dengan beberapa airport besar di dunia seperti London Heathrow, Paris Charles de Gaulle, Tokyo Haneda, Beijing Capital, Dubai International, dan Singapore Changi. Walaupun masuk kategori sebagai bandar udara tersibuk di dunia, Soekarno Hatta sendiri tidak pernah mengalami ekspansi terminal yang signifikan sampai mengakibatkan terjadinya overcapacity

Bagi orang yang sering terbang dari Tangerang, tentunya mereka akan tahu betapa chaos-nya bandara ini dari segi flow penumpang. Bukan cuma penumpang  yang kena imbasnya. Para maskapai pengguna bandara ini pun  kena dari sisi operasional. Antrean untuk lepas landas dan mendarat pun terkadang menjadi alasan kenapa sering terjadinya keterlambatan. Hal ini tentu saja membuat image penerbangan Indonesia menjadi kurang baik – karena dianggap sebagai tukang telat (dan  kultur masyarakatnya sendiri yang seneng telat).

Hingga pada tahun 2010-an, saya mendengar dan membaca banyak sekali proposal dan agenda untuk memperluas bandar udara Soekarno Hatta. Desain awal yang muncul pada saat itu cukup menuai kritik karena memang kurang memiliki karakter dan kalah jauh dengan arsitektur-arsitektur gedung modern di Indonesia yang lebih memiliki nilai desain lebih. Hingga pada akhirnya muncul rendering terakhir yang didesain oleh Woodhead, sebuah perusahaan arsitektur asal Australia yang membuat saya salah satunya berdecak kagum. 

Akhirnya sebuah mimpi (akan) benar-benar menjadi kenyataan. Nama Woodhead sebagai firma arsitektur sudah diakui hasil karyanya sebagai salah satu yang terbaik di dunia internasional. Dan tentunya desain yang muncul membuat saya cukup kagum karena beberapa bandar udara di kelas regional (Medan, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar) juga sudah mengadopsi desain modern untuk terminal mereka yang hasilnya patut diancungi jempol. 

Sebagai pintu gerbang utama, tentunya Bandara Soekarno Hatta  pantas untuk mendapatkan perlakuan khusus. Dan masuknya firma internasional seperti Woodhead (Arsitektur) dan Vanderlande (Baggage Handling) tentunya membuktikan bahwa Soekarno Hatta benar-benar serius untuk berbenah. Selain itu, bapak dari bandara ini yaitu Angkasa Pura 2 juga menyewa jasa konsultan branding bernama Landor (Amerika Serikat) untuk memperbaiki brand mereka. Landor ini merupakan salah satu perusahaan yang ikut andil dalam revitalisasi perusahaan penerbangan Garuda Indonesia, yang saat ini sudah mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu perusahaan penerbangan terbaik di dunia.

Eksekusi Buruk

Kekecewaan mulai muncul di tengah-tengah pembangunan Terminal 3 Ultimate ini. Pada mulanya hal ini dibahas di salah satu forum online bernama Skyscrapercity, salah satu forum tempat kumpulnya orang-orang yang memiliki interest di skyscraper, public infrastructure, urban planning, arsitektur, dan aviation. Member forum ini pun bisa dibilang bukanlah orang awam. Ada yang berprofesi sebagai arsitektur, kontraktor, desainer, fotografer, urban planner, dan sebagainya. Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung pun sampai pernah menggelar acara gathering dengan member forum ini karena beliau menganggap bahwa diskusi-diskusi yang dilakukan di forum ini dapat menjadi sarana utama Kota Bandung untuk berbenah (Karena memang ada diskusi mengenai tiap kota di Indonesia). Selain itu, gathering juga sering dilaksanakan di project-project site yang dianggap fenomenal atau baru di mata orang Indonesia, dan didukung pula oleh sang owner project tersebut.

Kembali lagi ke poin utama mengenai kekecewaan yang muncul, banyak forumer yang mengeluhkan betapa buruknya eksekusi terminal ini ketika hampir mau jadi. Pemilihan lantai yang berbeda dari yang diekspektasikan, penempatan lighting yang jauh dari rendering, kolom-kolom jembatan yang tidak dipoles, signage yang tidak mengadopsi saran Landor (Bahkan sampai Landor tidak menempatkan Angkasa Pura 2 sebagai contoh utama di website corporate mereka - di mana Garuda Indonesia selalu ditaruh di halaman depan mereka), pemilihan warna yang buruk untuk karpet, dan juga hal-hal lainnya yang membuat banyak forumer kecewa. 

Hilangnya nama Woodhead dari project ini pun membuat banyak forumer bertanya-tanya, karena pada akhirnya muncul sebuah nama firma arsitektur lokal yang entah namanya belum pernah terdengar muncul di project site dan gambar-gambar rendering. Perubahan rendering pun terjadi sana-sini, dan tanda tanya besar pun terjadi: Ada apa dengan Terminal 3 Ultimate? Bagaimana jadinya terminal 3 ultimate ke depannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun