Mohon tunggu...
Sartika Rury
Sartika Rury Mohon Tunggu... Tutor - Ibu Rumah Tangga

Organisasi dan kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Menyapa Diri?

28 Mei 2022   13:33 Diperbarui: 28 Mei 2022   13:44 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana Menyapa Diri?

Oleh: Sartika Rury Kusbandiah, S.Sos

 Kita sering merasakan permasalahan hidup yang terjadi selalu menyalahkan orang lain. Seakan kita tumpahkan kesalahan  kepada orang-orang yang ada disekitar kita yakni suami, anak, orang tua, teman, tetangga dan orang-orang yang selalu Bersama kita.

Lantaran pemikiran kita yang selalu negatif terhadap orang lain, maka hati kita merasa kecewa, kesal, berprasangka tidak baik bahkan dengki. Hal ini jelas merupakan suatu penyakit hati yang bisa saja menimbulkan penyakit fisik seperti maag, jantung berdebar dan penyakit lainnya.

Berdasarkan pengalaman Sigmund Freud, Bapak psikioanalisis, dalam menangani pasien ia melihat pola yang sama menggap orang lain memiliki emosi sama dengan dirinya. Memproyeksikan perasaan kepada orang lain adalah hal yang bisa terjadi secara alami sebagai bentuk pertahanan diri.

Contoh ketika tidak suka kepada seseorang timbul dalam hati bahwa orang tersebut seperti merasakan hal yang sama. Dalam ajaran islam perbuatan demikian tidak dibenarkan lebih tepatnya "su'udzon atau berprasangka buruk kepada orang." Karena itu akan menimbulkan prasangka jelek pada orang lain.

Sikap yang selalu menggap diri paling benar dan cenderung orang lain yang selalu salah bisa juga disebut inferior dalam kamus Bahasa Indonesia bermutu rendah. Atau dalam peribahasa "buruk muka cermin dibelah."

Menyapa diri atau menarik kedalam diri merupakan cara yang tepat untuk kita intropeksi diri atau dalam Bahasa Arab muhasabah diri meninjau atau koreksi terhadap ( perbuatan, sikap, ucapan, kelemahan dan kekurangan diri). Agar hati kembali jernih dalam berpikir, berucap dan bertindak.

Seperti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Mendekati usia empat puluh tahun, Allah menumbuhkan pada diri Rosul rasa senang untuk melakukan ikhtila' (menyendiri) di Gua Hira. Menghayati akan semua ciptaan Allah swt, merenung akan nikmat yang Allah beri dan intropeksi diri akan kekurangan diri.

Menyapa diri sudah seharunya kita lakukan karena pada tiap jiwa manusia memiliki sejumlah penyakit yang tidak dapat diobati selain dengan cara menyendiri untuk menyapa diri atau intropeksi diri dalam suasana hening, jauh dari keramaian dunia. kita mencoba mengorek perilaku buruk dalam diri seperti menyalahkan orang lain, penyakit sombong, bangga diri, dengki, riya dan cinta dunia. Sehingga dengan begitu kita tersadar dan berusaha memperbaiki diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun