Mohon tunggu...
SARNIDA SAMALOISA
SARNIDA SAMALOISA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - simpan

semoga artikel pembelajaran ini dapat diablikasikan dalam kehidupan sekarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Abad 21

28 Oktober 2021   09:37 Diperbarui: 28 Oktober 2021   09:49 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Oleh karena itu, pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis siswa. Guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah-sekolah menerapkan pembelajaran abad 21. Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C dalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus di organisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula (Daniel dan Sepe, 2010). Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan (Republik, 2016):

1. Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan meyelesaikan masalah. Di era reformasi critical thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengritisi berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.

2. Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan adanya komunikasi yang baik dari para perilaku pendidikan demi peningkatan kualitas pendidikan.

3. Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.

4. Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan suatu yang baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup abad 21.

Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016). Di Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Semua kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah baik sekolah keluarga dan masyarakat.

Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus, dkk (2017). Sejalan dengan hal tersebut konsep literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan berbagai media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan membaca, menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis novel ataupun kemampuan berkontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi menurut Kist, (2005:12). Dengan demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang bermakna dari berbagai media. Dalam pandangan Cope dan Kalantzis (2005), literasi merupakan elemen terpenting dalam proyek pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5) menyatakan kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah pengembangan dan penggunaan konsep kompetensi 4C.

Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rustaman (2007) berpendapat bahwa sains berperan dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan terkandung muatan nilai dan sikap di dalamnya. Adapun literasi sains adalah bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan setiap keputusan yang dihadapi.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Menurut Sukardi (2017) studi pustaka yang dilakukan peneliti dengan tujuan utama adalah menemukan fondasi yayasan atau landasan untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berfikir, dan menentukan kecurigaan sementara atau sering disebut sebagai penelitian hipotesis, sehingga peneliti dapat memahami, mencari, mengatur, dan kemudian menggunakan variasi perpustakaan di lapangan. Dengan menggunakan studi literatur, peneliti menjadi lebih paham dengan masalah yang sedang diteliti. Sumber literatur yang digunakan peneliti yaitu jurnal nasional, buku-buku yang relevan, hasil seminar, artikel ilmiah, dan lain-lain.

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu "The 4Cs" (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration, Creativity). Dengan keterampilan 4C peserta didik diharapkan mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan serta membangun makna serta menghargai dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun