Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengisi Energy Sosial dari Kabel Pinggir Jalan

23 April 2025   22:20 Diperbarui: 24 April 2025   11:07 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi: Kabel Pinggir Jalan Senopati Dukuhwaluh Purwokerto

Pernahkah Anda iseng-iseng memandang ke kiri dan kanan jalan? Apakah ada kabel ruwet yang merentang dari satu tiang ke tiang yang lain di sepanjang jalan?   

Beberapa pekan lalu penulis melihat pemandangan kabel ruwet di Perempatan Victor, Serpong. Pemandangan itu mengiinspirasi tulisan di kompasiana dengan judul "Keledai Juga Tidak Mau Ruwet". Beberapa hari kemudian baru tersadar, ternyata pemandangan seperti itu tidak hanya ada di Serpong. 

Kabel ruwet dengan gampang bisa ditemui di banyak tempat. Patut diduga keruwetan seperti itu juga ada di sekitar tempat tinggal Anda. Coba saja lihat sekliling rumah. 

Pemandangan itu berbeda dengan satu atau dua dekade yang lalu. Jaman itu di pinggir jalan hanya dikenal dua deretan tiang, satu deret di sisi kiri dan satu di kanan. Satu sisi berderet tiang menyangga kabel listrik dan satu lainnya menopang kabel telepon. Mereka berbaris dengan "tertib" dan "teratur" menopang tidak lebih dari sepuluh julur kabel-kabel tembaga. 

Kini, penduduk bertambah banyak dan teknologi informasi yang maju pesat, kebutuhan jaringan kabel pun meningkat. Kalau dulu jaringan kabel hanya dimiliki "telkom" dan PLN, kini para penyedia jasa telekomunikasi pun membangun jaringan yang tersebar hampir merata dari kota hingga antero daerah. 

Maka, pemandangan pun berubah. Semula tidak lebih dari sepuluh julur kabel melintas dan melintang jalan, berubah menjadi puluhan atau bahkan ratusan. Kabel-kabel tampak saling bertindihan merandai sepanjang jalan. 

Burung-burung emprit dan kawan-kawannya yang dulu bisa nangkring leluasa di atas kabel, kini harus jeli memilih kabel mana yang bisa dipijak. Salah pijak bisa berbahaya. 

Selain itu, tiang-tiang telepon atau listrik yang dulu tertib berbaris seperti semut mengantri gula, kini berubah. Di setiap jarak tertentu tiang-tiang bergerombol berdiri berdesak-desakan berebut tempat paling nyaman. Mirip dengan para karyawan yang berebut naik pangkat atau jabatan. 

Maka, kalau dulu kabel dan tiang-tiang menjadi bagian dari keindahan kota, sekarang tidak lagi. Kabel dan tiang sekarang lebih terasa menjadi bagian dari keruwetan yang tidak asri dilihat. 

Keruwetan itu tidak hanya tidak enak dilihat tetapi juga menyimpan risiko yang bisa menciptakan keruwetan baru yang lebih ruwet. Misalnya, kabel yang melintang jalan bisa tertabrak dan terseret kendaraan besar atau truk dengan muatan menjulang. Atau terombang-ambing hembusan angin ribut lalu terjadi gesekan sesama kabel yang bisa menimbulkan percikan api. 

Meski begitu, kabel dan tiangya sendiri tidak pernah pernah mengganggu posisi yang lain. Mereka tetap bergelayut atau tegak pada posisinya masing-masing. Faktor luar yang akan membuat mereka bergesekan hingga terpercik api. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun