Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kolonialisme Tanpa Jejak

17 Agustus 2022   05:51 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:06 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maka, di jaman sekarang ini, di era segala rupa tersedia dengan mudah, sungguh luar biasa, masih seorang ibu dan para ibu lain di luar sana yang merasa sangat bangga dan sekaligus bahagia bermimpi melahirkan anak yang memiliki sifat kepahlawanan. Meskipun hanya dengan melalui "numpang" lahir pada hari atau bulan penting ini. 

Ketika si ibu ditanya mengapa tidak merekayasa agar kelahiran anaknya bisa di-pas-kan di hari kemerdekaan, bukankah teknologi sekarang sudah sangat memungkinkan? Ibu yang sedang hamil tua ini menjawab, dirinya ingin melalui proses kelahiran yang normal-normal saja sebagaimana mestiya. Dia tidak ingin memaksa diri dan mengintervensi kehendak Tuhan. 

Si ibu yang sedang bersabar menunggu kelahran anaknya ini ingin anaknya nanti tumbuh besar dan menjadi manusia mumpuni yang berdaya juang tinggi, Dia ingin membimbing anaknya untuk hidup lurus penuh syukur dan berlimpah berkah.  Dia tidak mau mengototori hari penuh arti dan hari penuh gelora perjuangan dengan sikap tindak tanduk yang berlawanan dengan sikap kepahlawanan. 

Secara tidak langsung, dia ingin menanamkan sedari dini kepada anaknya mulai dari dalam kandungan sikap anti kolonial. Bekas-bekas kolonialisme yang kasat mata bisa berwujud gedung, bangunan dan berbagai bentuk yang sekarang ada di museum, hanya menjadi monumen dan prasasti dan yang tidak lebih dari bahan pengingat saja. 

Tetapi kolonialisme dalam bentuk mental, pola pikir dan pola tindak bisa abadi meski secara fisik si kolonial tidak tampak dan tidak terasa. Tanpa kesadaran dan perubahan mental yang sungguh-sungguh, kolonialisme akan tetap abadi dalam bentuk main kuasa, pemaksaan kehendak, menindas yang lemah, perilaku feodalisme dan sejenisnya. 

Alasan terakhir yang membuat si Ibu luar biasa ini bahagia ternyata sederhana saja. Dia ingin memberi nama salah satu anaknya "Agus", sebagai tanda lahir di bulan Agustus. Pada saatnya nanti anaknya bersama dengan Agus-Agus lain di seluruh Indonesia membangun kesetaraan dengan mampu menyelenggarakan makan gratis pada bulan kemerdekaan bagi warga yang membutuhkan. Dirgahayu RI ke 77.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun