Mohon tunggu...
Sarkoro Doso Budiatmoko
Sarkoro Doso Budiatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat bacaan

Bersyukur selalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Tak Ada Lagi Anak Bernama Kartini

21 April 2021   04:18 Diperbarui: 21 April 2021   04:30 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau dicermati sekilas, nama anak-anak sekarang bagus-bagus tetapi sekaligus terdengar asing ditelinga, terutama telinga tua. Entah pengaruh apa dan entah juga memuja siapa, nama yang biasa mengandung doa dan harapan, tapi kini malah nama Kartini jarang ditemui. Padahal Kartini adalah nama seorang wanita luar biasa yang hari lahirnya setiap tahun diperingati secara nasional. 

Ya, hari ini, 21 April, Indonesia sedang memperingati hari Kartini. Dulu, hari ini identik dengan hari berkebaya atau berpakaian nasional. Pada hari itu hampir semua kantor dan sekolah mengadakan upacara bendera dengan petugas upacara seluruhnya perempuan. Pagi-pagi subuh para pegawai dan murid perempuan sibuk mempercantik diri demi tampil lebih cantik dan menarik pada perayaan hari Kartini. Itu dahulu. 

Hari berganti, tahun bertambah, jaman pun berubah. Hari Kartini tetap dirayakan tetapi dengan nuansa dan suasana berbeda. Perayaan tidak segegap-gempita dulu. Sudah jarang ditemui wanita pergi ke kantor dan murid perempuan berangkat ke sekolah mengenakan pakaian nasional. 

Tidak perlu disesali, jaman memang sudah berubah. Apa yang dulu dianggap penting dan dengan khidmat dirayakan, sekarang berbeda.  Sama bedanya dengan sesuatu yang dulu dianggap sangat istimewa, sekarang dipandang sebagai hal yang sangat biasa. Seperti sesuatu yang semula dianggap tidak mungkin dan mustahil terjadi, sekarang sudah menjadi barang lumrah dan bisa ditemui kapan saja di mana saja. 

Begitulah. RA. Kartini yang hidup di akhir abad 19 dan meninggal dalam usia 25 tahun di awal abad 20 (21 April 1879-17 September 1904) pun tidak berbeda. Catatan data pahlawan nasional yang dirilis oleh situs Kementrian Sosial RI: http://direktoratk2krs.kemsos.co.id/datapahlawan, antara lain memuat tentang Kartini. 

Sudah banyak diungkap, Kartini dinobatkan sebagai pahlawan karena perjuangan dan kepeloporannya dalam kebangkitan perempuan pribumi dan pengangkatan derajat kaum wanita melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara dengan tujuan agar perempuan memperoleh hak dan kecakapan yang sama dengan kaum laki-laki. Dia meyakini bahwa wanita memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Karena itulah dia ingin kaumnya juga bisa maju dan setara dengan kaum laki-laki. 

Banyak buah pikirannya dicurahkan melalui surat kepada teman-teman wanitanya di Belanda. Surat-suratnya menunjukkan ungkapan rasa prihatin terhadap keterbelakangan wanita Jawa saat itu. 

Apa yang dilakukan Kartini dulu, dilihat dengan kacamata sekarang ini tentu menjadi hal yang sangat biasa. Hari ini, untuk mendirikan sekolah dengan berbagai bentuk dan tujuan, bukan hal susah lagi. Berkorespondensi dengan orang asing juga bukan hal luar biasa dan tidak membanggakan lagi. Tempat-tempat belajar bahasa asing sekarang sangat mudah ditemui. 

Tetapi menjadi hal yang sangat luar biasa ketika membayangkan betapa jauh kesenjangan antara apa yang ada di jaman itu dan apa yang tersedia di jaman sekarang. Tahun-tahun peralihan dari abad 19 ke abad 20, belum tersedia alat komunikasi dan berkorespondensi sebanyak dan semudah sekarang. Jaman itu, meraih informasi dan berkomunikasi dengan dunia luar jauh dari kata mudah. 

Maka, Kartini pastilah sosok yang memiliki tekad yang kuat, kecerdasan tinggi dan kepandaian berbahasa asing yang mumpuni. Kemampuan yang tidak boleh dianggap ringan. Kemampuan berbahasa asing adalah kombinasi seimbang dari kompetensi mendengar, membaca, berbicara dan menulis dalam rangka mencurahkan pemikirannya. 

Kartini memang datang dan hidup di keluarga bangsawan, yang hampir segalanya bisa dia raih. Tetapi tanpa tekad, semangat, kemauan dan kemampuan yang kuat, semelimpah apapun kekayaannya, perjuangannya tidak akan terwujud. Pada jaman itu, tentu tidak sedikit perempuan dari kalangannya yang lebih memilih hidup mewah dan menikmati banyak kemudahan dari pada berlelah-lelah seperti Kartini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun