Mohon tunggu...
Hisyam Nasyith
Hisyam Nasyith Mohon Tunggu... Lainnya - PGSD Unisnu Jepara

Mahasiswa Unisnu Jepara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Layanan Cybercounseling (Bimbingan Daring) sebagai Solusi Jitu Saat Pandemi Covid-19

4 Desember 2020   02:25 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:32 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Cybercounseling dapat diartikan juga sebagai praktik konseling professional yang terjadi ketika konseli dan konselor berada secara terpisah dan memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet (Prasetiawan, H. 2016). 

Konselor perlu beradaptasi dan mempersiapkan diri secara baik dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi dalam melaksanakan pelayanan konseling. 

Hal ini tidak dapat lagi menjadi pilihan tetapi menjadi sebuah kewajiban untuk dilakukan oleh konselor mengingat kondisi masih dalam pandemic COVID-19. 

Dalam kondisi cybercounseling diharapkan terbantunya pelayanan konseling antara dua pihak yang cepat, lebih efisien, lebih aman dan nyaman tanpa harus bertatap muka secara langung.

Cybercounseling terbagi menjadi 2 yakni

  • Bersifat non interaktif memanfaatkan situs yang berisi informasi dan pertolongan mandiri.
  • Bersifat interaktif (synchronous & asynchronous) adalah situs yang menawarkan alternative bentuk terapi melalui internet, diamana terdapat interaksi antara konseli dan konselor baik secara langsung maupun tidak langsung (Prasetyo dan Djuniadi, 2015).
  • Pelayanan interaktif synchronous adalah pelayanan konseling secara langsung seperti chat dan video conference.
  • Pelayanan interaktif asynchronous adalah pelayanan konseling secara email therapy dan Bulletin Counseling Interaktif.

Bloom (2014) stated that cybercounseling services can fulfill four things that must be provided in general counseling services, theyinclude in the therapeutic relationship, cognitive insight, affective experience, appropriate client expectations. 

Atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia “Bloom (2014) menyatakan bahwa layanan konseling daring dapat memenuhi empat hal yang harus disediakan dalam layanan bimbingan konseling secara umum, diantaranya hubungan terapeutik, wawasan kognitif, pengalaman afektif, sesuai harapan klien.”

Berikut sedikit penjelasan dari keempat hal yang harus lebih diapahami lagi:

  • The Terapeuntic Relationhip dalam proses konseling harus terjalin emosi yang positif dan kesadaran menggalang relasi timbul balik dari kedua belah pihak (konselor dan konseli).
  • Cognitive Insight dalam proses konseling harus tercapai insight secara kognitif. Dari situasi tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalahnya, selanjutnya konseli mempunyai ide untuk menyelesaikan masalahnya.
  • Affective Experience konseli dapat mengekspresikan emosinya. Dalam cybercounseling konselor akan meminta konseli untuk melengkapi bahasa tulisannya dengan emoticon sehingga konselor dapat lebih tepat dalam memahami perasaan konseling. Misalnya ungkapan “waduh.. kenapa hari ini gagal juara”? dibelakang ungkapan itu, konselor memberikan catatan bahwa kecewa.
  • Appropriate Client Expectations proses konseling yang harus memenuhi harapan konseli. Kemampuan konselor untuk memfasilitasi mengeksplorasi motivasinya, mengembangkan harapan untuk terbantu dalam proses konseling, dan koorperatif dalam proses konseling dapat membuahkan hasil yang positif.

PROSES CYBERCOUNSELING

Dalam keadaan lapangan mendapat respon positif, dilansir Republika.Co.Id berjudul Normal Baru, Guru BK Bisa Terapkan Konseling Siber. Isi kutipan tersebut yakni “Konseling siber atau cyber counseling cocok diterapkan pada masa tatanan baru. Cara ini khususnya bagi peserta didik atau konseli yang ingin mendapatkan bimbingan psikologis dari konselor maupun guru bimbingan konseling”

"Sesuai Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014, bimbingan konseling merupakan usaha bantuan oleh konselor atau guru bimbingan konseling (BK) sesuai dengan tugas pokoknya," kata psikolog Aurlia Setiyanie saat menjadi pembicara dalam Webinar "Cyber Counceling Bagi Gen Z Pada Masa New Normal" yang diselenggarakan oleh Universitas Harapan Bangsa (UHB) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (9/7).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun