Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emak, Izinkan Barra Mengembara

24 Juni 2018   19:00 Diperbarui: 25 Juni 2018   19:45 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas kabar nilai ujian SMA keluar dari bilik linimassa ponsel pintar yang digenggam, Barra tak berani melangkah pulang. Kakinya masih setia injak rel kereta dekat rumah kakeknya di Kota Caruban. Kota kecil yang masuk dalam teritorial kewilayahan Kabupaten Madiun, Jawa Timur ini. Baginya Caruban memiliki beragam kenangan mulai masa kecil hingga remaja seperti sekarang.

Barra yang hidup berdua bersama emaknya, tinggal di tengah kesibukan dagang saudara dan pamannya di pasar, memaksa dirinya mengikuti jejak keluarga tersebut. Pukul 02.00 dini hari, Barra harus bangun ikut menyiapkan serentetan ritual keseharian ibunya dan bersiap diri menuju pasar yang jaraknya tak jauh dari rumahnya tersebut dengan penuh semangat. 

Jika sudah menginjak pukul 05.00 Pagi, Barra pamit ke emaknya guna persiapkan diri ke sekolah, dan saat menjelang sore hari, balik lagi ke pasar bantu emaknya membereskan dagangan, menutup toko klontong dan memboncengnya pulang ke rumah. Begitulah rutinitas keseharian Barra.

fb-img-15294184508352398-5b2f89a4cf01b41ae30ef683.jpg
fb-img-15294184508352398-5b2f89a4cf01b41ae30ef683.jpg
Hari ini, Barra sudah remaja, berselang kabar kelulusannya dari SMA, Barra punya mimpi sederhana, ingin emaknya menikmati masa tuanya di rumah tanpa harus sibuk ke pasar mengais rejeki lagi.

"Emak, ijinkan Barra berkelana, Barra ingin mengembara, Barra ingin emak istirahat di rumah, saatnya emak menikmati masa tua dengan bahagia, gak usah ke pasar lagi, biarkan Barra yang mencari rejeki buat emak...", kata hati Barra yang termuat di lembar terakhir buku tulis pelajaran sekolahnya.

Rutinitas Barra sepulang sekolah ada di rel kereta. Barra selalu mengadu ke Tuhan penuh ketulusan. Perenungan hal kesulitan ekonomi keluarganya lah menjadikan semangat Barra yang membulat untuk berkelana dan mengembara demi mimpi membahagiakan emaknya.

Butuh waktu lama buat Barra ungkapkan keinginan terbesarnya ini ke emak. Banyak desakan dari dalam diri dan bisikan hatinya yang tak jarang buat gusar, hingga sedikit tidur di waktu malam. 

Sebenarnya ketika menemani emak berjualan di pasar, saat sepi, mulutnya ingin berucap, terasa berat dan berkecamuk antara kesungguhan hati untuk meninggalkan emak seorang diri di rumah. Ketika ada kesempatan hanya berdua menunggu pembeli, semakin takut mengungkapkan, semakin pula terkunci kata-kata berpisah dari bibirnya.

"Aku yakin suatu saat aku kuat dan siap untuk mengatakan ini semua pada emak, sabar", gumam Barra sambil matanya berkaca-kaca.

(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun