Mohon tunggu...
sari rahmawati
sari rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

PMM UMM Belajar Sejarah Kuburan Londo

21 September 2020   10:11 Diperbarui: 21 September 2020   10:11 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berjumlah 5 orang dari jurusan teknik sipil ini belajar tentang sejarah Kuburan Londo. Kelompok 75 PMM ini melakukan program PMM di Kelurahan Sukun sekaligus belajar sejarah Kuburan Londo. Bersama Pak Andri jam 13.00 WIB mereka berkeliling melihat Kuburan Londo.

"Dengan belajar sejarah , kami dapat mengetahui tokoh serta peristiwa yang terjadi di masa lampau di Kuburan Londo ini". tutur salah satu anggota PMM, Ika Meilinda

         Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukun berada di Kelurahan Sukun, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.  TPU Sukun sering juga disebut Kuburan londo (Belanda) oleh orang Malang. Luas dari Kuburan Londo ini sekitra12 hektar. Kuburan yang ada sejak masa kolonial Hindia Belanda ini, sampai sekarang masih menyimpan jasad-jasad orang Belanda maupun Eropa yang terkenal dan tercatat dalam buku sejarah. Di TPU Sukun sendiri, ada beberapa tokoh terkenal yang dimakamkan, di antaranya Joseph Wang CDD Pendiri Hua Ind, CG Lavalette pendiri RS Lavalete, Dolira Chavid (Tante Dolly), hinga Pieter A Allaris, pengikut Freemasson sampai Mgr Clement Van Den Pas O Carm, misionaris ordo Karmel dari Belanda. Pada makam Pieter A Allaris, yang merupakan tokoh Freemason di Kota Malang. Pada nisannya terpahat logo 'daun accasia' yang menggambarkan immorality of soul merupakan suatu simbol di kalangan Freemason. Pieter A Allaris wafat pada tahun 1941.

"Kami ingin mengubah image kuburan yang selama ini seram, bisa menjadi sarana pembelajaran, dan pariwisata" tutur Pak Andri

          Kawasan Kuburan Londo ini akan dibuat  menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik. Karena mengandung unsur budaya yang memang banyak membuat wisatawan ingin datang langsung melihatnya.

dokpri
dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun