Episode 20: Bertemu Teman Lama (2)
Hari ini terasa lebih berat. Selain terik menyengat, terlambat bangun sahur membuatku tak bisa makan dengan porsi cukup. Rasanya energiku hampir habis padahal waktu berbuka masih beberapa jam lagi.
'Lebih baik tidur daripada ngebatalin puasa karena lemes,' pesan Emak terbenak di kepala.
"Sekarang 'kan lagi kerja Mak, nggak mungkin tidur," aku menjawab kalimat Emak yang terbenak di kepala.
Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan menuju kubikel-kubikel karyawan lain dan mencari tahu apa yang mereka butuhkan. Meskipun lelah, tetapi aku tak mau hanya berdiam. Itu akan membuatku semakin lelah. Apalagi bayangan perempuan itu masih saja enggan beranjak dari benak. Rasanya aku ingin berteriak untuk mengusirnya. Masih sesak. Namun, aku tidak ingin menjadi orang yang berlarut-larut dalam kesedihan.
Sam menepuk bahuku ketika aku menjawab sedang patah hati karena aku patah hati dan selesai berjuang.
"Masih banyak gadis lain. Kau hanya perlu membuka hatimu lagi," kata Sam.
"Dengar, patah hati itu biasa. Semua orang mengalaminya. Penting bagimu untuk merasa patah hati supaya kau tahu rasanya bahagia seperti apa," lanjutnya.
"Makasih Bang," sahutku.
Aku membenarkan kalimat Sam dan merasa lebih baik. Tidak baik menghindar dari masalah yang ada dalam kehidupan. Setidaknya semuanya akan berlalu jika aku menghadapinya.