Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Warung Ramadan: Lebih Beruntung

24 Maret 2023   21:11 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:16 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode 3: Lebih Beruntung

Aku melaksanakan salat zuhur di musala tempat wawancara kerja, lalu melangkah ke luar menuju halte. Angkutan umum berwarna biru membawaku pulang.

Lagu-lagu milik Opick memenuhi ruang dengar aku dan seorang perempuan yang menggendong bayi. Setelah perempuan itu turun, aku satu-satunya penumpang tersisa.

Sepanjang perjalanan aku hanya menatap lalu-lalang kendaraan sambil sesekali menatap ke depan. Tak lama lagi aku akan sampai ke rumah tempat pulang selama dua puluh dua tahun. Namun, sopir tiba-tiba menepikan kendaraan yang dikemudikannya. Sesaat kemudian angkutan umum itu berhenti.

"Bang, maafin saya, bensinnya habis. Abang cari angkot lain aja, ya," kata lelaki yang rambutnya telah meninggalkan warna hitam itu.

"Oh, ya udah Pak, saya turun di sini aja," kataku lalu menyerahkan uang pecahan sepuluh ribu terlipat-lipat yang kuambil dari saku celana.

"Nggak usah, Bang. Nggak usah bayar, Abang belum sampe tujuan, saya nggak enak." Dia menyerahkan kembali uang kertas itu dalam genggamanku.

"Nggak apa-apa, Pak. Rumah saya udah deket, jalan kaki sebentar juga sampe. Ini hak Bapak. InsyaAllah saya ikhlas." Aku menyerahkan kembali uang itu dalam genggamannya dan melangkah turun.

"Makasih ya Bang, makasih banyak," katanya setengah berteriak.

Aku mengangguk. Ada haru yang kutangkap dari matanya. Aku meneruskan langkah menuju rumah. Sambil bersenandung kecil dan beberapa kali harus mengelus dada karena bunyi klakson memekakkan telinga ketika hendak menyebrang ke arah berlawanan.

Sekitar sepuluh menit, langkahku berhasil sampai ke tempat tujuan. Emak yang sedang memilah jagung kering dalam nampan mendongak ketika melihatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun