Di tanganku sebuah boneka beruang dari rasfur grade A berada. Mataku berkedip untuk membangun kembali ingatan di alam sadar. Dress satin tanpa lengan membebaskan pandanganmu ke arahku. Kacamata masih berada di pangkal hidungmu.
"Sudah bangun, Sayang? Nyenyak tidurnya semalam?" Kamu bertanya, menatapku sesaat sebelum beralih pada papan berwarna hijau yang di mataku terlihat seperti miniatur kota.
Aku menjawab dengan langkah cepat lalu memelukmu dari belakang. Menyandarkan kepala di salah satu bahumu yang memberikan aku nyaman. Tanganmu bergerak, berusaha melepaskan aku dari posisiku sekarang.
"Tunggu sebentar, aku butuh energi tambahan," kataku.
Kamu tak menjawab selain dengan lengkungan di bibir yang kulihat. Tanganmu kembali meraih senter dengan obeng berukuran kecil yang terlihat imut di mataku.
"Aku sudah selesai," kataku, melepaskan tangan dari otot-otot di perutmu yang tertutup kaus berbahan lacos pique.
Kamu tertawa, aku bisa mendengar setelah menutup tirai kamar mandi. Kepalaku mulai memutar memori yang kita buat semalam. Seperti film yang diputar, aku tersenyum begitu melihatnya kembali. Ketika lampu djpadamkan, scene demi scene yang tertulis di skenario yang kita tulis terjadi begitu saja.
"Stop! Berhenti sampai situ saja!" katamu, menunjuk kursor berkedip setelah tanda titik.
"Kenapa?" Aku bertanya, pura-pura tidak mengetahui jawabanmu.
"Bukankah kamu ingin membuat cerita sci-fi? Mulailah dengan menonton film Doraemon," katamu, mulai mengarahkan pointer ke disk D.
Sebelah tanganmu meletakkan secangkir cokelat dengan uap masih mengepul ke sisi kananku. Aku bahkan tidak menyadari kamu membawanya.