Mohon tunggu...
Ray Asmoro
Ray Asmoro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Hanyalah Seekor Semut

7 Oktober 2016   09:07 Diperbarui: 7 Oktober 2016   09:17 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alkisah, ketika khalilullah Ibrahim AS dibakar oleh kaum kuffar, seekor semut kecil datang tergopoh-gopoh hendak membantu memadamkan api yang menyala-nyala membakar nabiullah Ibrahim AS dengan semampu-mampunya. Semut lainnya, mengomentari, "hei apa yang kau lakukan itu sia-sia saja, kamu hanya seekor semut kecil, tak kan mampu memadamkan api yang berkobar-kobar itu" katanya. Semut yang bermaksud menolong Ibrahim AS menjawab, "ya, aku tahu apa yang aku lakukan mungkin sia-sia, tetapi setidaknya apa yang aku lakukan ini menunjukkan sikap kepada siapa aku berpihak". Begitulah kira-kira.

Saya sama sekali tidak paham politik dengan segala macam intrik dan konspirasinya. Saya bukan siapa-siapa, bahkan jika saya tak ada pun dunia akan tetap berputar dan matahari serta bintang-bintang tetap bersinar.  Maka sekeras apapun saya berteriak, tak akan didengar oleh siapa pun. Mau berkoar-koar sampai 'mencret'-pun tak akan mengubah apapun. Ya, saya bukan siapa-siapa, tidak memiliki kuasa apa-apa, karena bagi saya kekuasaan mutlak hanya pada Tuhan Azza Wajalla. Namun menyaksikan video Gubernur DKI Jakarta yang tersebar secara viral di media, yang memperlihatkan dengan jelas bahwa ada unsur penistaan terhadap Alqur'an Al-Kariim (Islam), maka saya merasa perlu menuliskan sikap saya : bahwa saya menentang sekeras-kerasnya, terhadap pribadi (yang kebetulan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama/Ahok) yang bicara di video tersebut, yang mengatakan umat muslim dibohongi dengan Surat Al-Maidah 51, dihadapan warga Pulau Seribu 28 September 2016, dan mendoakan kepada yang bersangkutan agar segera menginsyafi kesalahan dan kekhilafannya, serta berharap agar pihak-pihak terkait dalam ranah hukum dan ketatanegaraan Republik Indonesia untuk memproses tindak penistaan agama tersebut sesegera mungkin.

Saya menuliskan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan hiruk-pikuk pilgub DKI Jakarta. Bukan juga atas dasar kebencian terhadap manusianya. Kepada manusianya saya tidak masalah, yang tidak bisa saya terima adalah pikiran, tindakan dan ucapannya. Satu-satunya alasan saya menuliskan sikap ini hanyalah karena saya merasa al-qur'an dan agama saya dinistakan, meskipun sebagai muslim saya juga bukan muslim yang taat-taat amat, meskipun masih 'cetek' pula pemahaman saya tentang islam agama saya, meskipun 'syahadat'pun saya belum khatam. Saya hanya meneladani semut dalam cerita/kisah di atas. Yang saya lalukan ini mungkin tidak akan berpengaruh apa-apa dan (seolah) sia-sia, tetapi setidaknya saya telah menunjukkan sikap kepada siapa saya berpihak. Bukan keperpihakan kepada Anies-Sandi ataupun Agus-Silvi, tetapi kepada keyakinan dan keimanan saya, kepada Tuhan Azza Wajalla.

RAY ASMORO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun