Mohon tunggu...
Sarifisha
Sarifisha Mohon Tunggu... Lainnya - @sarifisha.svz

Nothing is impossible

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untuk Palestina yang Tak Berpihak

5 Desember 2020   07:53 Diperbarui: 5 Desember 2020   17:14 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Besok adalah hari di mana aku diwisuda. Banyak persiapan yang kulakukan dan aku mendapatkan kabar kalau keluargaku akan sampai di Paris esok pukul tujuh pagi. Rasa senangku tak dapat diungkapkan dengan kata. Saat aku sibuk mempersiapkan semuanya, tiba-tiba kepalaku pusing. Langsung kuambil obat di atas meja dan kuminum obat tersebut. "Aku harus kuat, sebentar lagi impianku untuk Palestina terwujud, aku tidak boleh lemah," gumamku menyemangati diriku sendiri.

Paris, April 2013

      Esoknya, aku menunggu keluargaku di depan lokasi wisuda. Banyak sekali orang-orang berdatangan. Kulihat dua orang lelaki berbadan tinggi dari jauh, seorang perempuan berbaju abu-abu, dan dua anak kecil berjalan menuju tempat wisuda. Aku menghampiri mereka. Iya, mereka adalah keluargaku yang datang dari Indonesia. Ayah dan bunda langsung memelukku dan "selamat ya nak, kamu hebat, hari ini adalah hari bersejarah untukmu nanti. Ayah dan bunda bangga sama kamu." Kata bunda saat memelukku. Lalu, kusalami lelaki di depanku, ia adalah pendampingku. Lalu, aku mengajaknya ke ruang wisuda 

       Setelah semuanya terkumpul, acara wisuda dimulai. Aku duduk berdua bersamanya di baris nomor dua dari depan. Sambil mendengarkan sambutan di acara wisuda ini, aku menceritakan pengalamanku di Paris kepadanya. Panjang lebar kuceritakan. Tak terasa, saatnya pembagian kenang-kenanganan untuk mahasiswa berprestasi. Dan tanpa kusadari namaku dipanggil, aku disuruh untuk naik ke panggung. Aku tidak menyangka kalau aku bisa memberikan penghargaan untuk kedua orang tuaku. Kupersembahkan semua ini untuk mereka.

        Aku mulai melangkah menuju panggung. Kepalaku pusing lagi. Aku tetap melangkah. Kepala semakin berat, seluruh ruangan berputar-putar sendiri. Tiba-tiba aku pingsan di tengah jalan. Wajahku pucat dan hidungku mengeluarkan cairan merah. Aku sangat sedih, hal seperti ini terjadi di acara bersejarah untukku. Semua orang langsung menghampiriku dan keluargaku langsung membawaku ke rumah sakit. Keluargaku sangat mengkhawatirkan keadaanku, mereka hanya bisa berdoa. Dihari yang bahagia ini, Tuhan berkehendak lain.

     Tiga jam kemudian dokter keluar dari ruangan. "Dengan keluarganya Fazea?" Kata dokter tersebut. Mereka segera menghampiri dokter, "iya, dok." Kata demi kata keluar dari mulut sang dokter, " maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain, nyawa Fazea tidak dapat diselamatkan." Seketika suasana hening, air mata tak dapat lagi ditahan. Mereka kehilangan seorang yang baik hati .

      Mereka duduk sejenak, seolah tak sanggup menerima kepergian Fazea. Tanpa sengaja, bunda membuka buku biru yang ada di tas Fazea. Lalu ia membuka lembar terakhirnya. Mereka membaca pesan singkat yang ditulis Fazea saat pertama kali menginjakkan kakinya di Paris. "Ayah dan bunda, sekarang Fazea sudah di Paris, mimpi Fazea untuk belajar di Paris bisa terwujud. Tentunya semua ini tidak lepas dari doa dan support ayah bunda. Masih ada satu impian besar Fazea untuk Palestina yang harus kuwujudkan. Aku harap tujuh tahun kemudian, aku bisa mewujudkannya. Terima kasih ayah, bunda. Sehat selalu di Indonesia. Salam Fazea." Ayah, bunda, dan lelaki yang berdiri di samping Haidar sangat terharu membaca tulisan Fazea. Hanya tangis dan kesedihan yang mebersamai, impian mulia Fazea untuk Palestina ternyata tak berpihak. Akhirnya mereka pulang ke Indonesia tanpa Fazea, sosok yang sangat gigih menggapai mimpi.

    

     

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun