Seusai belajar mereka malah sibuk bermain, pulang pun juga bersama, dan kembali belajar lagi bersama esok harinya. Mereka telah melupakan atau tidak terlalu mempedulikan perbedaan keputusan mereka kemarin.
Saya pun juga tidak ingin menyalahkan salah satu jawaban dari mereka, meskipun pertanyaan itu berupa pilihan ganda, dimana biasanya hanya ada satu jawaban. Tapi bagi saya pilihan ganda itu artinya anak berhak memilih jawaban yang menurutnya tepat dengan alasannya masing-masing.
Di masa sekolah dasar ini mereka baru belajar tentang hal-hal yang bersifat logis, hal-hal yang bersifat abstrak baru mereka pahami setelah mereka mampu berpikir logis mengenai objek-objek konkret dan peristiwa-peristiwa yang dapat diamati.
Mereka mulai menyadari bahwa perspektif dan perasaan yang mereka alami dan putuskan, tidak selalu dialami oleh orang lain dan mungkin mencerminkan opini pribadi alih-alih realitas. Anak-anak terus mempertajam kemampuan berpikir yang baru mereka peroleh tersebut selama beberapa tahun (Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang).
Memasuki masa sekolah menengah hingga dewasa kelak, mereka mampu melakukan penalaran mengenai hal-hal abstrak. Seiring bertambahnya usia, mereka semakin mampu terlibat pemikiran yang semakin kompleks.
Contohnya saja seperti pelajaran biologi tentang kulit. Mereka akan memahami bahwa salah satu fungsi kulit yaitu untuk melindungi tubuh seperti melindungi tulang, otot, ligamen, sel saraf, dan berbagai organ lainnya di dalam tubuh.
Kegiatan membimbing anak untuk mengambil keputusannya sendiri terkait jawaban-jawaban atau hal-hal yang ingin dia lakukan sangat diperlukan. Karena dengan pembimbingan ini bisa untuk membangun rasa percaya dirinya sendiri, dan melatihnya untuk lebih mandiri. Proses ini sebaiknya diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini juga akan melatih dirinya untuk memiliki pendirian sendiri, tidak mudah bergantung kepada orang lain.
Saya memiliki dua siswa kembar yang saat ini duduk di taman kanak-kanak. Sebut saja mereka Lii dan Rii. Lii adalah sang kakak, sedangkan Rii adalah sang adik. Meskipun keduanya kembar tapi menurut saya Rii (adik) lebih mampu mengambil keputusan sendiri ketika melakukan sesuatu dibanding Lii (kakak). Dua anak tersebut ikut belajar ke rumah saya awalnya mengikuti kakak sepupunya yang kelas 2 SD, namanya Fel.
Ketika saya meminta kembar tersebut untuk mewarnai gambar, contohnya saja gambar ikan, maka saya bertanya kepada mereka berdua, ikannya akan diwarnai apa. Rii (adik) langsung menjawab hijau, sedangkan Lii sang kakak malah bertanya kepada Fel. Lalu ia akan mewarnai sesuai dengan jawaban Fel.
Sikap Lii yang selalu bertanya kepada Fel terus dilakukannya meskipun saya sudah memberitahu Lii untuk mewarnai sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak perlu bertanya kepada Fel. Saya pun mengajari Fel untuk tidak terus-terusan menjawab pertanyaan Lii tentang warna apa yang sebaiknya ia gunakan.
Dari segi sosial, Rii juga tampak lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana yang saya utarakan, dibanding Lii. Contohnya saja ketika saya bertanya kepada mereka, di sekolah diajari menyanyi lagu apa. Maka Rii langsung menjawab, diajari lagu sekolah mangkat dewe (dalam bahasa indonesia artinya lagu sekolah berangkat sendiri).